Tana Paser, helloborneo.com – Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (P2KB) Paser, Faulina Widryani mengatakan, peran suami dalam keluarga adalah sangat penting.
Penghargaan dan kasih sayang seorang anak kepada ibu tidaklah lengkap tanpa peran seorang suami.
“Peran suami sangat penting dalam keluarga, terutama dalam mendidik anak bersama istri. Karena kekerasan dalam rumah tangga, satu diantaranya adalah perceraian akan berdampak buruk bagi anak,” katanya, kemarin.
Karena perceraian akan membuat seorang anak pisah dengan kedua orangtuanya. Untuk itu, pihaknya membentuk P2TP2A yang merupakan wadah untuk menaungi para perempuan yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Baik secara fisik maupun kasus penelantaran atau pelecehan. “Dalam P2TP2A, kami juga memberikan pelayanan psikologi, hingga pelayanan pendampingan hukum bagi korban kekerasan,” ucapnya.
Saat ditanya jumlah kekerasan pada perempuan di 2015 ini, Faulina mengungkapkan, bahwa sesuai laporan tim P2TPA2A jumlah kekerasan yang dialami perempuan tidaklah banyak. “Kekerasan dalam rumah tangga seperti fenomena gunung es. Nampak sedikit yang melaporkan padahal banyak kasus yang tidak terlaporkan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Faulina mengatakan, akan membentuk Tim P2TP2A hingga tingkat kecamatan. Dengan tujuan, permasalahan kekerasan dalam rumah tangga bisa segera diatasi.
“Begitu pun dengan gugus tugas layak anak, penting untuk diketahui bahwa dalam mewujudkan kabupaten layak anak, diperlukan peran dari semua pihak baik itu pemerintah, masyarakat dan dari rumah tangga,” sebutnya.
Dirinya merasa prihatin pada anak-anak yang menjadi korban KDRT. Orangtua yang bermasalah, anak yang menjadi korbannya.
“Seperti pada anak yang orangtuanya terjerat kasus narkoba, saya sangat prihatin pada mereka. Mereka mengalami trauma, karena setiap hari di sekolah mereka diolok-olok oleh temannya bahwa ayahnya seorang pemakai narkoba,” paparnya. (rol)