Minimnya Transportasi Penajam Kendala Sekolah Lima Hari

Subur Priono – Humas Setkab Penajam Paser Utara

 

Kepala Disdikpora Kabupaten Penajam Paser Utara, Marjani (AH Ari B - Hello Borneo)

Kepala Disdikpora Kabupaten Penajam Paser Utara, Marjani (AH Ari B – Hello Borneo)

Penajam, helloborneo.com – Minimnya transportasi umum di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menjadi kendala penerapan sekolah lima hari yang diwacanakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga setempat, Marjani.

“Sekolah lima hari itu tidak bisa diterapkan di seluruh daerah sekaligus karena di wilayah Penajam Paser Utara minim sarana tansportasi umum,” kata Marjani di Penajam, Senin.

Kendati mendukung rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang membatasi sekolah hanya lima hari dalam sepekan (Senin hingga Jumat) tersebut, namun Disdikpora Kabupaten Penajam Paser Utara  perlu memperhatikan kondisi wilayah setempat.

“Kondisi minimnya transportasi umum di wilayah Penajam Paser Utara, di mana pada sore hari angkutan umum sudah tidak beroperasi menjadi kendala penerapan sekolah lima hari itu, kalau di kota tidak masalah,” ujar Marjani.

Selain itu, orang tua siswa juga harus siap dengan biaya tambahan yakni, biaya makan karena siswa akan mengikuti pelajaran hingga sore hari, dikhawatirkan memberatkan keluarga kurang mampu.

Disdikpora Kabupaten Penajam Paser Utara meminta pemerintah pusat tidak memaksakan penerapan sekolah lima hari tersebut, karena sekolah membutuhkan persiapan, juga sekolah merasa sekolah lima hari tidak mencukupi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus melakukan kajian secara komprehensip agar bisa mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya saat sekolah lima hari diterapkan.

Penerapan sekolah lima hari tersebut, menurut Marjani, tidak bisa disamaratakan di seluruh daerah.

Ia menyatakan, sekolah lima hari lebih cocok diterapkan di sekolah besar di wilayah perkotaan karena di daerah masih terkendala minimnya transportasi umum.

Gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi menjadikan Sabtu dan Minggu menjadi hari libur nasional itu, selain memberikan kesempatan anak untuk memperbanyak waktu berkumpul bersama keluarga juga memberikan waktu anak untuk mengembangkan bakat dan minat dengan bergabung dalam organisasi.

“Wacana terkait libur Sabtu dan Minggu, merupakan bagian dari penerapan sekolah dengan pendidikan karakter,” jelas Marjani. (adv/bp/*rol)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.