Sekprov Kaltim Minta Pemimpin Harus Adaptif, Komunikatif, dan Teliti Bekerja

Tun MZ

Kantor Pemprov Kaltim.

Batu, helloborneo.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Sri Wahyuni menilai, seorang pemimpin harus adaptif, komunikatif, dan teliti dalam bekerja. Hal itu ia sampaikan, saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan Pengembangan Kompetensi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama se Provinsi Kaltim di Kota Batu, Jawa Timur.

Ia hadir mewakili mewakili Gubernur Kaltim, sekaligus memberikan arahan untuk pencerahan kepada seluruh peserta berdasarkan pengalamannya.

Perubahan kata dia adalah sesuatu yang tak terelakkan. Sehingga untuk merespon perubahan itu, perlu adanya adaptasi dan penyesuaian.

“Mungkin pola kepemimpinan kita sudah harus dirubah. Baik karena perubahan regulasi, perubahan situasi, adanya pandemi, pasca pandemi, dan sebagainya, menuntut kita untuk adanya perubahan pola pikir, mindset, dan sikap kita di dalam memimpin organisasi,” ujar Sri menjelaskan dengan lugas.

Selain itu, menurut mantan Kepala Dinas Pariwisata Kaltim ini, faktor komunikasi juga sangat memegang peranan penting dalam leadership. Salah satu contoh yang sering diabaikan adalah, penyampaian arahan pimpinan tertinggi hingga ke level terbawah dengan memperhatikan perihal komunikasi.

“Kewajiban kita adalah membumikan semua arahan pimpinan hingga ke level terbawah dengan baik, benar, dan tepat. Sehingga kita semua bekerja sesuai dengan tugas pokok, target, dan program kerja pimpinan dalam rangka mencapai visi-misi Gubernur,” lanjutnya.

Kemudian, yang juga mendapat sorotan utamanya adalah soal ketelitian pimpinan. Sebagai contoh sederhana adalah membuat surat dinas. Ia mengaku, sering menemukan kesalahan dalam surat kedinasan. Membuktikan bahwa kurangnya penelitian dari pimpinan pejabat terkait.

“Saya banyak menemukan surat-surat yang akan ditandatangani, ternyata salah, kurang pas, typo, dan sebagainya. Padahal jenjang paraf sudah terisi semua. Artinya level struktural di bawah sudah menelitinya. Tetapi yang terjadi tetap salah. Kesimpulannya semua tidak meneliti,” ucapnya tersenyum.

Padahal, kata dia, semua surat yang ditandatangani itu, orang lain yang menerima tidak akan mempersoalkan atau mengetahui siapa yang membuat konsep surat. Bagi penerima, surat adalah representasi pimpinan yang menandatangani. Sehingga dalam surat resmi yang ditandatangani oleh pimpinan, harus rapi dan benar tanpa adanya kesalahan teknis dalam tulisan. (kmf/log)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.