Pohon Natal Seribu Plastik Kemasan, Ajakan Melakukan Pertobatan Ekologis

Seribu lembar plastik kemasan produk yang menjadi sampah dijadikan pengganti daun-daun pada pohon Natal Ekologis. (Foto: VOA/Petrus Riski)
Seribu lembar plastik kemasan produk yang menjadi sampah dijadikan pengganti daun-daun pada pohon Natal Ekologis. (Foto: VOA/Petrus Riski)

Surabaya, helloborneo.com – Sebuah pohon Natal setinggi empat meter, berdiri di ruang tamu Panti Asuhan Don Bosco, Surabaya. Pohon Natal ini menjadi salah satu hiasan yang menyemarakkan perayaan Natal, selain kandang Natal, manusia salju, serta berbagai hiasan khas Natal lainnya. Bedanya, pohon Natal yang berdiri megah dengan lampu warna-warni ini dibuat dari bahan sampah plastik, bekas kemasan produk rumah tangga.

“Ini pohon Natalnya dibuat dari refill plastik, bungkus dari produk-produk kebersihan dan pewangi. Totalnya ini kurang lebih seribu bungkus yang digunakan untuk membuat pohon Natal ini. Tingginya kurang lebih empat meter,” ujar Mery, salah seorang karyawan Panti Asuhan Don Bosco.

Tidak hanya pohon Natal, boneka salju setinggi sekitar dua meter juga dibuat dari sampah stereofoam, botol plastik bekas air minum, hingga timba plastik yang sudah tidak dipakai. Menurut Mery, sampah plastik yang tidak digunakan ini sebelumnya dihimpun dari masyarakat untuk dimanfaatkan kembali menjadi barang yang berguna seperti tas. Melalui pohon Natal plastik kemasan ini, Mery berharap masyarakat mau memilah dan memanfaatkan kembali sampah plastik agar tidak menjadi beban bagi lingkungan.

“Kita mau menggunakan apa yang ada, sampah yang ada bisa kita olah menjadi sesuatu yang menarik untuk dilihat orang lain. Dengan cara-cara seperti ini masyarakat bisa mengurangi sampah-sampah yang bisa merusak lingkungan,” ujarnya.

Kesederhanaan merupakan makna Natal yang sesungguhnya, termasuk menghadirkan hiasan serta pernak-pernik Natal dari bahan yang tidak selalu mahal atau harus membeli.

Dibuatnya pohon Natal dari sampah plastik bekas kemasan produk rumah tangga ini, menurut Suster Stefani, PK, biarawati dan salah satu pendamping di Panti Asuhan Don Bosco, selaras dengan tema Natal yang mengajak setiap manusia melakukan pertobatan ekologis agar bumi dan lingkungan tempat tinggal tidak semakin rusak. Salah satunya melakukan upaya penyelamatan lingkungan, dengan mengurangi pemakaian plastik, hingga memanfaatkan sampah plastik yang ada menjadi sesuatu yang bermanfaat.

“Ini adalah bentuk konsistensi kami dalam berkontribusi, ambil bagian penyelamatan lingkungan hidup. Dan ini juga sejalan dengan tema Natal, yang salah satu tujuannya adalah menggemakan pertobatan ekologis di tengah kerusakan lingkungan hidup. Maka dalam terang Natal, setelah berjumpa dengan bayi Yesus, marilah kita pun berani menjadi manusia baru, menjadi hadiah bagi sesama dan lingkungan kita,” kata dia. (voa/log)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.