Kelompok Tani Rumput Laut Tihi-Tihi Minta Ganti Rugi Rp 250 Juta

Arsyad Mustar

Bontang, helloborneo.com – Kelompok tani dan budidaya rumput laut Kampung Tihi-Tihi, Kelurahan Bontang Lestari, Kecamatan Bontang Selatan, mengeluhkan tanaman rumput laut yang gagal panen ke DPRD Kota Bontang, Senin (11/02/2019).

Keluhan ini muncul adanya dugaan pencemaran pengerukan laut alur kapal yang dilakukan Subkontraktor PT Graha Power Kaltim (GPK). Akibatnya, ratusan lahan rumput laut jadi sasaran, mati hingga gagal panen.

Pertemuan 4 anggota kelompok rumput laut dengan Komisi 3 itu, terungkap sebanyak 343 lahan rumput laut yang terdampak pencemaran. Hal ini diutarakan Ketua Kelompok tani dan budidaya rumput laut, Maskur.

“Punya saya sendiri 171 lahan. Itu dampak dari pembuangan lumpur pengerukan. Sangat dekat dengan rumput laut kami,” katanya.

Selain dirinya, Maskur juga merincikan jumlah lahan yang dimiliki teman lainnya. Di antaranya Samal sebanyak 70 lahan, Rusming 45 lahan, serta Hamzah 57 lahan. Atas kerusakan yang dialami sejumlah anggota kelompok ini, pihaknya meminta dan menuntut pihak GPK melakukan ganti rugi.

“Supaya kami bis bekerja lagi. Membangun usaha rumput laut. Kami minta ganti rugi Rp 250 juta. Kami berharap bisa dicairkan,” ujar Maskur.

Ketua Komisi 3, Rustam HS meminta kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Bontang, agar dalam waktu dekat menyampaikan rekomendasi dan kondisi rumput laut milik kelompok tani yang diduga terdampak pencemaran.

“Komisi 3 tunggu rekomendasi dari dua dinas ini. Setelah itu, kami akan menindaklanjuti persoalan ini. Apakah memanggil pihak terkait, atau langsung ke lapangan,” terang Politikus Partai Golongan Karya (Golkar) itu.

Sementara itu, Kabid Tangkap dan Budidaya DKP3, Syamsu Wardi menyampaaikan, sekira satu minggu ke depan, pihaknya akan menyampaikan rekomendasi ke Komisi 3. Seperti data kelompok tani, serta berapa lahan yang terdampak. “Kami akan menyodorkan data-data itu,” singkatnya.

Atas keluhan petani tersebut belum diketahui pasti, apakah benar penyebab utamanya merupakan pencemaran lumpur dari pengerukan itu atau tidak.

Sayangnya, dalam rapat ini pihak perusahaan tidak diundang. Sementara itu, media ini sudah melakukan upaya konfirmasi via telepon, namun belum ada respons hingga berita ini diterbitkan. (adv/am/tan)





Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.