Jakarta, helloborneo.com – “Mau coba saja, katanya (bisa) kebuka (lebar) kacanya. Bagus juga. Selama ini saya penglaju, 3 tahun Jakarta-Jogja tidak pernah lihat pemandangannya, makanya coba ini,” ujar Sri Wahyuni, 51 tahun saat dirinya baru pertama kali menaiki Kereta Panoramic.
Bersama anak dan cucunya, ia naik kereta api dari Stasiun Gambir pada Rabu (28/12) pagi. Menurut Wahyuni, sebagai orang yang sering bolak-balik dari Jakarta dan Yogyakarta, ia akan mempertimbangkan opsi menggunakan Kereta Panoramic, jika harga yang ditawarkan bisa lebih murah dari harga tiket transportasi umum lainnya seperti pesawat.
Lain lagi halnya dengan Annisa Rachmawati, 44 tahun, yang biasanya menggunakan pesawat jika ia hendak pergi ke Yogyakarta. Bersama suaminya, Annisa penasaran ingin mencoba Kereta Panoramic karena melihat pemberitaannya di media sosial.
Ia merasa Kereta Panoramic merupakan suatu hal yang baru di Indonesia hingga patut dicoba. “… ini sesuatu yang baru, unik. (saya) berasa di dalam aquarium. Kita bisa melihat pemandangan sepanjang jalan, jadi unik sekali,” ungkap Annisa.
Dirinya juga mengatakan jika harga yang diterapkan sudah sepadan dengan yang ditawarkan oleh fasilitas dari Kereta Panoramic, sehingga ingin mencoba lagi di perjalanan berikutnya.
Terobosan Baru
Ditemui VOA di Depo Kereta Api Jakarta Kota, juru bicara KAI Pariwisata Ilud Siregar mengatakan Kereta Panoramic merupakan terobosan terbaru dari anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Dua Kereta Panoramic yang kini beroperasi itu merupakan hasil modifikasi kereta kelas eksekutif yang dimiliki oleh PT KAI sebelumnya. Balai Yasa Surabaya Gubeng adalah pihak yang memodifikasi kereta-kereta itu.
Ilud menjelaskan inovasi kereta dengan kaca lebar membuat penumpang menikmati pemandangan selama perjalanan dengan lebih nyaman.
“Ini adalah inovasi yang dibuat untuk meningkatkan dan memberikan suatu fasilitas pelayanan kepada para pelanggan setia kereta api. Yang mana dengan fasilitas ini, akan memberikan suatu suasana perjalanan yang memiliki pengalaman menarik dan nyaman dengan pengalaman berupa (melihat) panorama di sepanjang perjalanan,” terang Ilud.
Antusiasme Penumpang
Sejak soft launching tanggal 24 Desember lalu hingga pemesanan tanggal 31 Desember, 90% tempat duduk sudah dipesan warga, baik kereta api yang berangkat dari Jakarta, maupun dari Yogyakarta. Ilud mengatakan antusiasme warga ini tidak saja karena terobosan baru dan kenyamanan yang ditawarkan, tetapi juga layanan yang diberikan, misalnya saja selimut.
“Memberikan layanan-layanan fasilitas selama perjalanan seperti makanan dan minuman ringan secara gratis dan ada juga free Wi-fi. Dan juga kami bisa memberikan suatu nuansa makanan yang berupa kuliner nusantara. Misalnya saat berhenti di Cirebon, kami bisa menghidangkan makanan siangnya aneka makanan yang bernuansa kuliner Cirebon,” tambah Ilud.
Tarif Panoramic yang dipasangkan di Kereta Taksaka Tambahan relasi Jakarta-Yogyakarta dan sebaliknya adalah sekitar 750 ribu hingga satu jua rupiah per orang. Tarif itu masih terus dikaji dan dievaluasi.
Untuk sementara waktu tiket kereta berkapasitas 46 kursi itu dijual antara 24 Desember 2022 hingga 8 Januari 2023, dengan dua kali pemberangkatan per hari, baik dari Jakarta maupun Yogyakarta. Ke depan kereta ini diharapkan akan dioperasikan bersama kereta reguler dengan relasi lainnya seperti ke Bandung atau Surabaya.
Kereta Panoramic ini menjadi salah satu alternatif untuk membantu angkutan kereta api saat libur Natal dan Tahun Baru.
Pengamat Pariwisata: Kereta Panoramic Belum Menyesuaikan Karakter Wisatawan
Dihubungi melalui telepon, Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) yang juga guru besar Universitas Trisakti, Azril Azahari, mengatakan masih ada pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh PT KAI dalam mengoperasikan Kereta Panoramic. Salah satunya adalah soal pemberangkatan kereta pada malam hari.
“Kalau malam hari, apa yang ingin kita lihat? Gelap saja, jadi buat apa Panoramic-nya. Kalau memang jalannya siang hari, itu tidak masalah. Berangkat pagi subuh, perjalanannya siang dan sampainya sore atau malam. Itu oke. Tapi saya lihat ada jadwal berangkat yang hampir jam 10 malam, itu apa yang ingin dilihat? Itu berarti tujuan dibuatnya Panoramic belum tercapai,” ungkap Azril.
Karakter wisatawan pengguna Kereta Panoramic biasanya untuk berwisata dan bepergian berkelompok, minimal kelompok kecil, sehingga memungkinkan interaksi dalam perjalanan sembari melihat pemandangan. Namun PT KAI dirasa belum memenuhi keinginan dari kriteria karakter para wisatawan itu.
“… harusnya, biasanya berwisata juga bisa individu, tapi minimal biasanya juga ada grupnya, minimal small group. Grup tersebut ingin diskusi. Yang seperti apa diskusinya? Misalnya dalam mobil ada 6-10 orang, yang berdiskusi mengenai pemandangan. Itu yang di dalam berpariwisata, perilaku atau behaviour yang sebenarnya yang harus dipelajari KAI, perilaku turis itu seperti apa. Ini kan hanya melihat saja, diam. Walaupun katanya bangkunya bisa diputar ke kiri-kanan, tapi agak sulit jadinya ya apalagi kalau kereta apinya berjalan cepat,” terang Azril.
Mengenai harga yang ditawarkan, Azril mengatakan dua faktor yang ia sebutkan sebelumnya sedianya diperhatikan oleh KAI, agar bisa bersaing dengan moda transportasi lain yang memiliki harga sama, misalnya pesawat.
Menurutnya, dengan harga yang hampir sama dengan pesawat, KAI harus mengkaji ulang perjalanan malam dan interaksi wisatawan selama perjalanan. Dengan kondisi perjalanan di malam hari dan goyangan yang dihasilkan oleh kereta api itu sendiri, kebanyakan penumpang tentu akan memilih untuk tidur, sehingga tujuan Kereta Panoramic tidak tercapai.
“Atau barangkali ada tempat untuk mereka (penumpang.red) karaoke dan sebagainya. Itu malah bagus. Tapi bukan itu yang disasar oleh si Panoramic. Hanya duduk, melihat dari jendela yang besar. Tapi kalau ada misalnya suatu gerbong bisa untuk diskusi, bisa karaoke, bisa main billyard ini mungkin hebat. Maksud saya dalam beberapa belas jam walaupun malam hari ya tidak apa,” pungkas Azril.
Pantauan di Stasiun Gambir pada Rabu (28/12), Kereta Panoramic keberangkatan pagi hari, kursi yang dijual terisi penuh. Penumpang didominasi oleh rombongan keluarga yang sedang menikmati masa liburan Natal dan Tahun Baru 2023. Dibawah guyuran hujan gerimis, tepat pukul 10.40 pagi, Kereta Panoramic bersama Kereta Taksaka Tambahan diberangkatkan menuju Yogyakarta. (voa/log)