L Gustian – Subur Humas Setkab PPU
Penajam, helloborneo.com – Meski matahari pagi belum tampak, namun demi tugas harus bangun untuk mengumpulkan nira (nderes) dari ratusan pohon kelapa dibelakang rumahnya sebagai bahan baku gula merah. Tak tanggung-tanggung, usaha ini telah ditekuni hampir 10 tahun bersama isteri dengan peralatan seadanya.
Inilah sepenggal cerita Toto, sang pembuat gula merah yang tinggal di Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara PPU ketika disambangi helloborneo.com di kediamannya beberapa waktu lalu. Diceritakan Toto, dirinya sebelumnya telah menggeluti usaha ini di Pulau Jawa. Namun tingginya persaingan saat itu membuat dirinya memutuskan untuk pindah ke Pulau Kalimantan, tepatnya di Kabupaten PPU.
Namun di PPU pun rupanya tak semudah membalikkan telapak tangan, dalam menjalankan usaha ini. Terutama saat memulai tahun 2005, sepuluh tahun lalu, harga jual gula merah masih sangat rendah dan pembelipun masih sedikit. “Alhamdulillah saat ini kita yang kualahan melayani pembeli gula merah karena tingginya permintaan. Rata-rata pembeli gula merah disini dari Balikpapan dan Samarinda dengan harga jual kami Rp 10 ribu /kg, harga pasaran gula merah disana bisa mencapai 15-18 ribu per kilogram, “ ungkapnya.
Lebih jauh kata Toto, dirinya saat ini mengelola pohon kelapa hampir 100 pohon. Dari pohon-pohon tersebut, telah terpasang cawan penampung nira kelapa dikuncup bakal buah kelapa yang telah dirancangnya. Pagi-pagi sekali Toto tinggal mengumpulkan nira dari masinng-masing pohon kelapa. Modal utamanya tentu harus pandai memanjat pohon kelapa seperti yang dilakukan Toto walau dalam kondisi hujan.
Untuk pohon baru bisa disadap bila telah menghasilkan 3 tandan bunga baru dan sudah mencapai ukuran 20 cm. “Pada kelapa Kampung umumnya sekitar umur 8 tahun, dan 4 tahun untuk kelapa hybrid,” kata Toto. Mahkota pohon perlu dibersihkan dari semua kotoran begitu pula alat-alat yang akan digunakan harus dalam keadaan bersih.
Namun dari pohon kelapa tersebut jelas Toto, tidak seluruhnya menghasilkan nira yang baik. Kadang pohon kelapa hanya menghasilkan sedikit nira, ada juga yang banyak. Dalam satu pohon kelapa rata-rata mampu menghasilkan 6 liter air nira. Jumlah itu jika diolah hanya menjadi seberat 1 kg gula merah.
“Dalam sekali mengolah atau memasak hanya mampu menghasilkan 40 kilogram gula merah dan dilakukan tiga hari sekali. Prosesnyapun sangat panjang. Nira murni tersebut harus dimasak menggunakan tungku atau kuwali besar selama lebih kurang 4-6 jam, kemudian setelah mengental, air nira dimasukkan ke cetakan yang terbuat dari bambu hingga mengeras dan siap dipasarkan,“ terangnya.
Dirinya berharap, suatu saat mendapat perhatian dan bantuan dari Pemerintah Kabupaten PPU, terutama untuk keperluan perlengkapan untuk pengolahan gula merah yang selama ini hanya menggunakan peralatan sederhana dan seadanya, sehingga hasilnya bisa ditingkatkan.(log)