Demam Akik Boleh Tapi Jangan Merusak

Subur Priono – Staf Humas Setkab Penajam Paser Utara

 

 

Subur Priono - Staf Humas Setkab Penajam Paser Utara

Subur Priono – Staf Humas Setkab Penajam Paser Utara

Penajam, helloborneo.com – Disalah satu sudut ruangan, saat kondisi sedikit lengang, tiba-tiba pandangan saya tertuju pada seseorang rekan yang sedang menggerak-gerakkan tangan maju mundur di sekitar pahanya seperti sedang melakukan sesuatu.

Seketika itu pikiran aneh saya pun timbul, sedang apakah dia? Ternyata Firmadi salah satu rekan saya itu sedang asik menggosok batu akik miliknya dicelana. Katanya sih agar akik lebih halus dan bercahaya.

Ya, Firmadi adalah salah satu contoh dari ratusan pegawai negeri sipil (PNS) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, penggemar batu akik yang sedang “booming”. Tak kalah dengan penggemar lainnya, Firmadi juga memiliki berbagai macam koleksi batu akik dari berbagai jenis yang tak jarang dipakai berganti menghisai jemarinya, saat ke kantor.

“Saya selalu tertarik ingin memiliki kalau melihat ada yang bawa batu atau bongkahan batu akik yang menarik, sampai akhirnya koleksi saya lumayan banyak dirumah. Kadang juga kalau ada teman tertarik dengan koleksi saya, saya minta gantikan saja harga beli,” kata Firmadi.

Staf humas lainnya Iskandar, yang juga penggemar batu akik, mengatakan, sebelum maraknya batu akik, sebenarnya dirinya sudah mengoleksi cincin besar. Apalagi ketika popular saat ini dirinya banyak menambah koleksi batu akiknya.

“Kalau rekan-rekan minat akik, hubungi saja saya,” candanya.

Diketahui bersama, saking maraknya batu akik, hampir setiap sudut jalan ditemui orang berbisnis batu yang katanya mulia ini. Dari masih berbentuk batu, sampai sudah menjadi cincin, semua ada. Bahkan beberapa kios dulunya berjualan pulsa, kini menjadi tempat jualan batu. Entah berapa keuntungan yang didapat hingga memutuskan beralih ke bisnis batu.

Bahkan, di daerah Kecamatan Waru, pernah saya temui seseorang yang mengalihkan usaha bengkelnya menjadi usaha pengerajin batu akik, luar biasa.

Bukan itu saja, di sepanjang jalan Petung banyak pelaku usaha batu akik di pinggir jalan. Kalau saja pencipta lagu ‘Sepanjang Jalan Kenangan’ hidup di masa ini, mungkin lagu yang dibuatnya berjudul ‘Sepanjang Jalan Batu Akik kali’, hehehe.

Saya jadi ingat beberapa tahun yang lalu. Waktu ketika seekor ikan Arwana atau ikan Lohan dihargai begitu mahal. Banyak orang dibuat geleng-geleng kepala karenanya.

Setelah itu muncul lagi fenomena berikutnya yang tak kalah mencengangkan, yaitu daun “Euphorbia”. tanaman hias yang asalnya entah dari mana itu berhasil menyihir banyak orang. Alhasil, harganya pun melambung tinggi.

Demam batu akik yang melanda masyarakat sebenarnya bukanlah hal baru, tetapi entah kenapa perhiasan yang biasanya identik dengan orangtua terutama pria dewasa ini, kini tengah menjadi primadona disegala kalangan.

Ibarat magnet yang mengeluarkan dayanya, batu akik membuat mata segala lapisan masyarakat tertuju padanya. Batu akik kini bisa dengan mudah diperoleh di manapun, seiring dengan banyaknya permintaan masyarakat. Ada yang harganya murah, tapi tak sedikit pula harganya menguras isi kantong.

Akhirnya timbul kesan prestise bagi yang memiliki perhiasan tersebut, terlebih pada beberapa jenis batu harganya sangat mahal. Bahkan, seperti pemerintah Kabupaten Purbalingga, menerapkan aturan wajib pemakaian batu akik bagi PNS di wilayahnya.

Kebijakan ini menjadi yang fenomenal dan satu-satunya di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, upaya mengangkat batu akik khas Purbalingga dimata dunia juga dilakukan dengan digelontorkannya anggaran sebesar Rp900 juta pada APBD 2015, untuk pembelian peralatan bagi perajin batu akik.

Menurut saya sih semua itu boleh-boleh saja yang saat ini memang lagi demam batu akik. Namun juga harus tetap memperhatikan kaidah-kaidah di dalamnya.

Jangan sampai batu akik mengorbankan segala-galanya, termasuk keindahan alam yang telah terbentuk dalam waktu lama harus kita rusak. Apalagi akidah kita sendiri juga harus dikotori dengan batu akik.

Berrdasarkan informasi, sejumlah biofil-biofil yang telah terbentuk melalui proses ratusan tahun di sejumlah goa tempat wisata di Penajam Paser utara, hilang dengan ciri-ciri bekas terpotong yang diduga diambil untuk batu akik.

Tindakan tersebut, tentunya sangat merugikan bagi daerah. Dengan kejadian itiu, diberharap pihak terkait melakukan pengawasan dan himbauan kepada masyarakat. (bp/*esa)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.