Kapolres Paser Kecewa Pengrusakan Fasilitas Umum

Ajang Araya

 

TAK SESUAI. Kawasan perkantoran yang menjadi target corat coret, lantaran dinilai tak sesuai dengan ciri khas Tana Paser.

TAK SESUAI. Kawasan perkantoran yang menjadi target corat coret, lantaran dinilai tak sesuai dengan ciri khas Tana Paser.

Tana Paser, helloborneo.com  – Kemeriahan Festival 1000 Mandau yang berlangsung Senin kemarin sedikit ternodai. Tanpa sebab beberapa peserta yang tadinya mengikuti festival  tiba-tiba bersikap anarkis dan merusak beberapa fasilitas umum, dari merobek, membakar spanduk hingga mencoreti dinding perkantoran di Tana Paser.

Kapolres Paser, AKBP Anggie Yulianto Putro mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi secara baik dengan Korlap Paser Bekerai, agar penyelengaraan Festival 1000 Mandau bisa berjalan dengan tertib dan aman. Namun tanpa sebab yang diketahui, selesai acara malah ada tindakan anarkisme.

“Sebenarnya kami kecewa, karena di awal acara kami sudah berkoordinasi dengan korlapnya. Bahkan sampai festival selesai semua berjalan dengan baik dan tertib, setelah selesai acara baru timbul aksi anarkisme,” katanya.

“Dimana letak salahnya, coba?,” tanya Anggie. Dan atas aksi luapan anarkisme tersebut Anggie mengatakan, pihaknya akan melakukan penyelidikan. Dan pelaku diharapkan bisa mengambil sikap sportif, untuk mengakui perbuatannya serta taat dan tunduk pada hukum.

“Aksi anarkisme ini akan tetap kami selidiki, tetapi kami berharap pelakunya bisa mengambil sikap sportif dan mengakui,” terang Anggie.

Bukan hanya itu untuk kedepannya Anggie, pihaknya akan mengundang sesepuh tokoh-tokoh adat di Paser, untuk sama-sama memberikan pemahaman, supaya tercipta kedamaian di Kabupaten Paser.

Salah satu anggota Paser Bekerai, Eko Supriyadi saat dikonfirmasi membenarkan kalau adanya pengrusakan yang dilakukan. Namun perusakan tersebut dilakukan lantaran menilai tak sesuai dengan  ciri khas dari Tana Paser. Apalagi terkait Perda Unguisasi telah resmi dicabut.

“Kejadian tersebut hanya spontanitas saja, karena saat rombongan pulang melihat adanya ornamen bangunan yang tak sesuai dengan ciri khas Tana Paser,” ujarnya.

Tak hanya itu Eko juga mengimbau rekan-rekannya di Paser Bekerai, agar perselisihan yang sempat terjadi usai Festival 1000 Mandau bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Dan untuk pemecahan masalahnya dapat diselesaikan melalui Lembaga Adat Paser (LAP) secara musyawarah. (log)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.