Kisah Fidella Anandhita yang Mengajar di Pelosok Kaltim

Rapal JKN

 

Fidella Anandhita rela mengajar ke pelosok Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. (Rapal JKN - Hello Borneo)

Fidella Anandhita rela mengajar ke pelosok Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. (Rapal JKN – Hello Borneo)

Tana Paser, helloborneo.com – Mayoritas lulusan dari Pulau Jawa, apalagi alumni dari Universitas Indonesia pasti mengincar pekerjaan yang istimewa di pemerintahan atau perusahaan besar. Namun nampaknya berbeda dengan Della-sapaan akrab Fidella Anandhita, yang memilih untuk mengabdi mengajar di pelosok, Tanjung Aru, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Dengan mengikuti Gerakan Indonesia Mengajar kini Della menjadi pengajar di SDN 001 Tanjung Aru, Kecamatan Tanjung Harapan, Kabupaten Paser. Secara geografis kawasan Tanjung Aru jauh dari pusat pemerintahan. Bahkan dari Tanah Grogot sendiri perlu waktu 6 Jam ditambah 1 jam jalur laut untuk sampai di kawasan tersebut.

Meski demikian Della justru menikmatinya, Bahkan ia mengaku selama bertugas dia merasakan kesan-kesan di Paser luar biasa karena sedari awal tujuannya mendorong dan menggerakkan, meskipun sebenarnya sudah banyak guru dan kepala sekolah yang hebat.

Harapannya untuk bisa menggerakkan orang-orang yang potensial khususnya dari desa. Menurutnya murid-murid disana juga tak kalah hebat bahkan sempat ada yang berangkat ke Singapura dan Jakarta untuk ikut konfrensi.

“Yang pergi ke Singapura itu dari Desa Rantau Panjang, dia bikin permainan pecahan tentang percobaan sains dan matematika. Si anak ini bikin metode permainan pecahan menggunakan batu bata yang disusun, intinya buat permainan,” ujar Della.

Dia juga menceritakan waktu itu anak tersebut ikut seleksi yang melibatkan pelajar se-Indonesia dan kemudian menang sehingga dikirim ke Singapura. Sedangkan yang dikirim ke Jakarta, ialah yang presentasi tentang makanan tradisional daerah Paser yakni Buras.

“Yang menarik itu anak-anak disana pernah ikut Olimpide di Tanah Grogot, orang tuanya senang sekali anaknya dibawa ke Tanah Grogot karena menurut penuturan ibunya dia belum pernah kesana lagi, karena kesana terakhir kali ketika masih bayi,” terang gadis kelahiran Jakarta, 3 Mei 1989 ini.

“Banyak juga anak-anak yang jarang ke ibukota kabupaten, jadi pas ada kesempatan kita bawa mereka mengenal dunia luar. Dari sana juga kita kenalkan dunia luar misalkan Jakarta, negara Perancis, biar mereka lebih terbuka wawasannya. Saking lugunya mereka ada yang tanya Bu gedean mana Menara Eiffel? Bu kalau di Perancis apa matanya orang-orang warna biru? jadi waktu itu kan temenku pernah ngajar anak-anak di Perancis terus dikasih lihat foto,” celetuknya sembari tertawa.

Lanjut Della, meskipun anak disana susah diatur dan sering gak pakai sepatu, gak pakai seragam. Ia mengaku senang pada akhirnya lama-lama mereka nurut pakai atribut lengkap seperti sepatu dan seragam.

“Jadi disana kepuasan kita bisa melihat anak-anak berkembang, yah bisa dibilang sukanya disana gak bisa ditakar, dan makanannya kebanyakan ikan, jadi kalau setiap hari tanpa ikan itu terasa ada yang kurang, kayak gak makan nasi. Listrik juga nyala dari pukul 18.00 sampai 07.00, kalau airnya saat kemarau gini yah kadang asin, kalau kemarau gini kita beli air, biasanya sih pakai air sumur atau pakai air hujan,” jelas dia.

Lebih lanjut ia menceritakan kejadian lucu saat 17 agustusan dimana para guru-guru mau bikin pawai gabungan, SD, SMP, SMA, ketemu sama tokoh masyarakat, dan dibantu dukungan hadiahnya juga.

“Nah setelah acara pawai pihak desa juga bikin acara lomba-lomba 17 agustusan, kemudian orang kecamatan juga ketularan mau bikin lomba voli, jadi rame. Setelah tanggal 17 Agustus sampai awal september, selama ini kalau pemerintah dukung-dukung aja selama itu positif,” kenangnya.

Ketika ditanya kenapa mengikuti program Indonesia Mengajar, Della sempat kesulitan menjawab.

“Hmm kenapa ya, kalau dari panggilan hati bisa dibilang begitu, tapi sampai sekarang masih merasa ini apa sudah jadi guru yang baik belum ya, tapi gimana rasanya, may be this is drive way, jalan yang pas aja, dan sebetulnya memajukan pendidikan kan bukan tugas guru aja, tapi tugas kita semua,” tandasnya. (rol)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.