Sejarah Nenang : Jangankan Monumen, Infrastruktur pun Kurang Diperhatikan

MR Saputra

Akses jalan Nenang hingga kini. (MR Saputra - Hello Borneo)

Akses jalan Nenang hingga kini. (MR Saputra – Hello Borneo)

Penajam, helloborneo.com – Kelurahan Nenang, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, memang memiliki nilai sejarah yang besar untuk jejak kemerdekaan di Kalimantan Timur.

Pasalnya pasca kemerdekaan, untuk pertama kalinya sang Saka Merah Putih pertama kali dikibarkan di Benuo Etam, di Kawasan Nenang, Tepatnya di RT 07.

Namun sangat disayangkan, butiran sejarah itu, hanya tinggal sejarah belaka. Pasalnya jangankan untuk pembuatan monumen, sebagai tanda pertama kali bendera dikibarkan.

Untuk pembangunan infrastruktur jalan, saja masyarakat sudah sering kali meminta agar dapat diperhatikan.

“Jangankan untuk pembuatan monumen. Warga sini saja sudah sering minta untuk perbaikan akses jalan saja, tak pernah trealisasi,” terang Masita, Ibu RT 07, Kelurahan Nenang, saat dijumpai helloborneo.com.

Padahal dikatakan Masitah, dari pihak pemerintahan sudah tiga kali melakukan survey ke kawasannya. Bahkan untuk wacana pembuatan monumen di kawasan bersejarah ini. Sudah 3 Bupati yang pihaknya rasakan, namun belum ada realisasinya.

“Kalau untuk pembuatan monumen itu sudah lama kami dengar, tapi tak ada realisasinya. Dan kalau dihitung-hitung  juga sudah 3 kali pemerintah daerah melakukan survey,” ucapnya.

Dan saat ini pihaknya hanya bisa berharap, agar apa yang menjadi wacana di kawasannya bisa  trealisasi. Termaksud menikmati akses jalan yang jauh lebih baik.

“Ya kalau kami sih harapannya, semoga bisa tealisasi saja pembangunan di kawasan ini, jadi selain monument, akses jalannya pun bisa mendapatkan perhatian,” terangnya.

Tak hanya Masita hal senada juga disampaikan Sri, warga RT 07, dimana pihaknya berharap pembangunan monumen tersebut dapat trealisasi dengan diimbangi perbaikan infstruktur di kawasannya.

“Harapan kami ya, monumen itu benar bisa terbangun, dan akses jalan di kawasan ini juga ikut terbangun,” singkatnya.

Dan untuk diketahui, lapangan yang menjadi kawasan pengibaran pertama sang merah putih tersebut, saat ini hanya dimanfaatkan warga sekitar untuk menganyam bubu ataupun menjadi lokasi bermain sepak bola anak-anak di kawasan tersebut.

Sedangkan, untuk bekas tiang bendera itu sendiri sudah hilang, tak hanya seperti tanah lapang tanpa sejarah. Dan selalu ramai hanya di saat 10 November berlangsung. (mrs/rol)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.