Kopi Doko Asal Malinau Berpotensi Tembus Pasar Mancanegara

Gambar Istimewa.

Malinau, helloborneo.com – Tak hanya dikenal sebagai produsen sawit dan karet, Kabupaten Malinau kini mencoba peruntungan baru sebagai salah satu kabupaten di Kalimatan Utara yang unggul dengan pohon kopi.

Berawal dari keresahan petani kopi di Kabupaten Malinau yang kesulitan menjual hasil panen. Penyuluh Pertanian Kabupaten Malinau, Handoko mencoba memberikan solusi hingga ide untuk memproduksi kopi kemasan bernama Kopi Doko.

Mengabdi sebagai penyuluh pertanian sejak tahun 1994  di Kabupaten Malinau, Handoko tak henti mendengar keluhan petani kopi di Malinau. Hasil panen petani sulit terserap pasar, selain tak ada pengembangan dan inovasi, perhatian pemerintah terhadap pohon kopi tergerus akibat gencarnya kampanye penanaman pohon sawit dan karet.

Handoko mengatakan bahwa hasil panen kopi di Malinau berkembang dan produktifitasnya meningkatkan sejak tahun 2010 hingga kini.

Sesuai dengan letak geografis tanah di Malinau yang cocok untuk pohon kopi. Solusi pun datang demi menyelamatkan hasil panen dan semangat petani menanam kopi di Malinau.

Tahun 2017, Handoko bersama rekannya membentuk Asosiasi Petani Kopi Malinau (Apekimal) yang diresmikan oleh Bupati Malinau periode tahun 2016 -2021, Yansen Tipa Padan.

“Lihat perkembangan dan produktifitas bagus. Tapi petani mengeluh hasil panen 3 hingga 5 kilogram kopi susah dijual. Akhirnya tahun 2017 kami bentuk Apekimal dan diresmikan oleh pak Bupati,”katanya.

Setelah Apekimal dibentuk, Handoko pun memutar otak untuk memberikan inovasi dari kopi hasil petani. Tahun 2018 kopi Petani Malinau pun dikemas dan diberi nama Kopi Doko

Nama Kopi Doko kebetulan serupa dengan namanya, tapi Doko memiliki makna tersendiri dalam bahasa Lundayeh, Do artinya baik, sedangkan Ko berarti bagus. menurut bahasa Tidung Doko memiliki arti selalu baik.

“Kata pak Yansen ko pakai bahasa Lundayeh, do itu baik ko itu bagus. Lalu dibelakangnya lagi ada pak Edy Marwan menjelaskan dalam bahasa Tidung artinya selalu baik,” terangnya.

Kini Kopi Doko nyaris dikenal hingga mancanegara, sempat diseduhkan di instana negara presiden hingga di bawa pulang oleh turis asal Inggris dan Jerman.

“Waktu itu dibawa oleh staf kepresidenan ke istana negara. Kemudian dibawah pulang ke Inggris dan Jerman” ucapnya.

Dalam sebulan Handoko bisa menghasilkan 12 hingga 20 kilogram kopi kemasan kopi Doko. Kini kopi Doko memiliki 4 varian dengan kopi Lanang, kopi jahe lalu varian unggulan kopi walet dan kopi original. Harga jualnya pun cukup terjangkau untuk kemasan 180 gram Handoko menjual Rp35 ribu hingga Rp65 ribu. (/sop/hb)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.