Sophia A Razak

Balikpapan, helloborneo.com – Memperingati bulan bahasa dan sastra, Balikpapan Art Foundation (BAF) salah satu komunitas seni di Balikpapan menggelar pemutaran film berjudul Istirahatlah Kata-kata dan malam puisi.
Paul Elcano Siregar, Ketua BAF mengungkapkan selain merayakan hari Sumpah Pemuda dan bulan Bahasa dan Sastra, kegiatan ini juga diharapkan menjadi pemantik bagi pemuda-pemudi di Balikpapan untuk mengingat kembali sosok Wiji Thukul.
“Kita semua tau, pemuda adalah penggerak, beliau (Widji Thukul,red) menggunakan kata-kata sebagai senjata. Perlawanan terhadap ketidakadilan bisa dibungkus menjadi puisi dan dikenang sepanjang masa,” ungkap Paul saat membuka perhelatan yang digelar di Umak Communal Space, Sabtu (30/11/2021).
Paul menjelaskan tak hanya dikenal sebagai aktivis, nama Wiji Thukul selama ini dikenal sebagai seorang penulis puisi perjuangan. Wiji tukul alias Wiji Widodo bukan menulis puisi tentang protes, melainkan sosoknya menjadi simbol akan protes itu sendiri. Karena itu, puisinya gampang melebur dalam setiap momen pergolakan dan berbagai aksi protes.
Diketahui sebelumnya, Film Istirahatlah Kata-kata memboyong kisah dan sajak Wiji Thukul yang selama ini ada di buku ke medium visual. Dari serangkaian kisah hidupnya yang dramatis, Yosep Anggi Noen, sebagai penulis naskah dan sutradara, memilih peristiwa pelarian Thukul dalam rentang waktu 1996-1998 sebagai latar cerita. Setelah nonton bareng, kegiatan dilakukan dengan pembacaan puisi dan diselingi oleh musik akustik.
Pemutaran Film dan Malam puisi yang bertajuk Pemuda dan Perkara Lama tersebut tentu menoreh kesan tersendiri untuk para penikmat bahasa dan sastra.
Emma, salah seorang penonton yang hadir saat kegiatan itu mengaku sangat terhibur dengan pertunjukkan puisi malam itu.
“Acara ini mengibur, mengedukasi, sarana ekspresi diri dan juga sosialisasi. Semoga kedepannya bisa rutin diadakan malam seni seperti ini,” pungkas Emma. (sop/tan)