Jakarta, helloborneo.com – Presiden Joko Widodo menyebut soal pemimpin yang berambut putih dalam acara temu relawannya, akhir pekan lalu. Siapa sebenarnya sosok yang didukung Jokowi?
Pernyataan Jokowi soal sosok pemimpin berambut putih menyita perhatian publik belakangan ini. Saat menemui para relawan dalam acara Gerakan Nusantara Bersatu di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (26/11) Jokowi menggambarkan sosok pemimpin berambut putih mencerminkan pemimpin yang benar-benar memikirkan rakyatnya.
“Kalau wajahnya cling, bersih, tidak ada kerutannya di wajahnya, hati-hati, lihat juga. Kalau rambutnya putih semua nah ini mikirin rakyat ini,” ungkap Jokowi.
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi berpesan kepada ribuan relawannya untuk benar-benar memilih pemimpin selanjutnya yang sungguh-sungguh bekerja untuk rakyat, yang menurutnya bisa terlihat dari rambutnya yang berwarna putih dan memiliki kerutan di wajahnya.
Publik pun sontak berpendapat bahwa pernyataan tersebut sebagai sinyal dukungan Jokowi untuk Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang berambut putih. Namun, kemudian ketika ditemui saat kunjungan kerja di Pontianak, Kalimantan Barat, Jokowi pun lantas menyebut berbagai sosok termasuk Ganjar di dalamnya.
“Yang rambut putih kan banyak banget, Pak Basuki (Menteri PUPR) itu rambutnya putih, Pak Hatta Rajasa rambutnya putih, Pak Ganjar juga rambutnya putih, siapa lagi yang rambutnya putih, Pak Prabowo juga rambutnya agak putih,” tuturnya.
Ia menyatakan, pernyataannya terkait pemimpin berambut putih boleh ditafsirkan apa saja oleh masyarakat. Namun ia menekankan bahwa ketika seseorang bekerja dengan sungguh-sungguh, sudah pasti akan berpengaruh kepada fisik orang tersebut.
“Entah itu, misalnya saking mikirnya bener-bener (keras) kerutan wajahnya jadi banyak, termasuk juga rambut, kalau mikirnya sangat berlebihan dan keras, bisa saja rambutnya jadi putih,” tambahnya.
Gimmick Politik Semata?
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa pernyataan Jokowi terkait dengan sosok pemimpin berambut putih hanyalah gimmick politik. PDIP, kata Hasto, menilai bahwa makna dari pernyataan Jokowi hanya menekankan pentingnya kesadaran semua pihak untuk mempersiapkan calon pemimpin yang baik, berkualitas dan berkesinambungan dengan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Menurutnya, hal ini penting mengingat pemimpin selanjutnya akan menghadapi tantangan yang jauh lebih berat, seperti krisis ekonomi global dan juga kondisi geopolitik yang belum juga stabil.
Ia juga tidak sependapat, seorang pemimpin yang baik hanya dinilai dari penampilan fisiknya semata. Menurutnya, banyaknya endorsement yang kerap disampaikan oleh Jokowi diyakini tidak merujuk kepada sosok tertentu.
“Ya kalau rambut putih kan sekali lagi bukan persoalan orang per orang, dan kepemimpinan Pak Jokowi yang luar biasa di G20, Pak Jokowi tidak mungkin menyederhanakan pemimpin hanya dari sisi warna rambutnya. Maka saya tegaskan warna rambut boleh sama tapi pikiran dan hati serta kemampuan memimpin bisa berbeda, sehingga apa yang disampaikan oleh Pak Jokowi bagi PDIP diyakini itu merupakan bagian dari gimmick politik, bagian dari upaya bagi Pak Jokowi di dalam membangun suatu kultur tentang pentingnya kepemimpinan masa depan,” ungkap Hasto.
Ketika ditanya siapa sosok yang akan didukung oleh PDIP pada 2024 mendatang, Hasto mengatakan, partai belum memutuskannya. Menurutnya, dalam berkontestasi politik semua pihak seharusnya mengikuti aturan main yang berlaku. Berdasarkan aturan yang ada, parpol atau gabungan parpol baru bisa melakukan pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Oktober tahun depan.
“Sehingga PDIP di dalam seluruh tahapan pemilu berkomitmen mengikuti tahapan-tahapan dari KPU. Pendaftaran akan dilakukan setelah Ibu Mega mengambil keputusan pada momentum yang tepat. Saat ini yang disiapkan oleh KPU adalah pendaftaran calon DPD RI pada 6 Desember. Ketika kita mengikuti seluruh tahapan dengan baik, maka energi yang kita kelola untuk pemilu juga dapat dilakukan dengan baik. PDIP percaya pada saat ini adalah pergerakan ke bawah untuk membantu Pak Jokowi di dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang tidak ringan,” tuturnya.
Penuh Simbol dan Makna
Pengamat Politik Ujang Komaruddin mengungkapkan komunikasi politik yang dilancarkan oleh Jokowi selama ini memang penuh dengan simbol dan makna. Menurutnya, kebiasaan ini sudah dilakukan Jokowi ketika dirinya menjabat sejak 2014 lalu. Ia mencontohkan kehadiran penuh Jokowi pada acara ulang tahun Partai Gokar beberapa waktu lalu. Jokowi sebelumnya tidak pernah melakukan hal serupa dengan parpol lain. Menurutnya, itu adalah simbol kuat kedekatan yang sangar erat antara Jokowi dengan Golkar.
Ia juga menilai bahwa sosok berambut putih yang digadang-gadang oleh Jokowi mengarah kepada Ganjar Pranowo, meskipun akhirnya Jokowi memberikan pernyataan tambahan dengan menyebut beberapa sosok lain seperti Prabowo Subianto. Menurutnya, dua sosok tersebutlah yang paling sering disebut oleh Jokowi. Menurut Ujang, sosok Puan Maharani sampai detik ini belum pernah disebut atau di-endorsed oleh Jokowi
“Saya melihat endorse yang dilakukan Jokowi ke Prabowo adalah simbol-simbol yang menurut saya belum tentu sebuah kenyataan karena disampaikan bukan pada relawannya. Sedangkan endorse yang disampaikan oleh Jokowi (ke Ganjar) yang di GBK kemarin kan ke relawan. Tapi karena banyak dikritik makanya Jokowi mengeles sehingga seolah-olah bukan Ganjar. Tapi kalau bicara politik belakang layarnya, Jokowi dukung Ganjar,” ungkap Ujang.
Senada dengan Ujang, pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai pernyataan Jokowi memang penuh dengan simbol dan makna. Meski begitu, menurutnya, itu tidak bisa dengan mudah ditafsirkan bahwa Jokowi mendukung sosok tertentu.
“Besok puji Pak Prabowo, besok puji Mas Ganjar. Kemudian orang menterjemahkan rambut putih itu adalah Mas Ganjar, kemudian diklarifikasi oleh Pak Jokowi bahwa yang berambut putih juga adalah Pak Prabowo, yang kerut keningnya juga Pak Prabowo. Ini tidak bisa kita pegang omongannya. Jadi kode, simbol, atau gimmick politik Jawa ini, kita tidak bisa menterjemahkan secara lurus, bisa saja maknanya beda di balik itu, karena apa yang dilihat oleh Pak Jokowi belum tentu itu yang disampaikan, bisa saja apa yang dia lihat bisa saja dibalik itu ada makna politik yang ingin beliau sampaikan,” ungkap Pangi.
Pangi lebih menyorot hubungan Jokowi dengan PDIP, di khususnya dengan Megawati Soekarnoputri yang sedang diujung tanduk. Pasalnya, hingga saat ini, belum pernah sekalipun Jokowi memberikan endorsement kepada Puan Maharani.
“Ini menarik, karena orang-orang senang bicara rambut putih dan kening berkerut ketimbang soal bagaimana hubungan PDIP dengan Jokowi yang sekarang menurut saya ada di ujung tanduk karena relawan yang membuat eksistensi mereka terlalu kuat sehingga PDIP cukup terganggu dengan kondisi seperti itu,” pungkasnya. (voa/log)