Washington DC, helloborneo.com – Para pekerja Starbucks di seluruh Amerika hari Jumat ini (16/12) memulai mogok kerja selama tiga hari. Pemogokan ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk menyatukan sikap gerai waralaba kopi itu.
Serikat pekerja “Starbucks Workers United” mengatakan lebih dari 1.000 barista di 100 gerai berencana mogok kerja. Pemogokan ini akan menjadi yang terlama dalam kampanye serikat pekerja yang telah berlangsung selama satu tahun.
Lebih dari 264 dari 9.000 gerai kopi Starbucks di Amerika yang dikelola perusahan itu memilih untuk memiliki serikat pekerja sejak akhir tahun lalu.
Tawar menawar telah dimulai dengan sedikitnya 50 gerai, tetapi Starbucks belum mencapai kesepakatan kontrak dengan serikat pekerja di gerai mana pun.
Starbucks menentang upaya serikat pekerja, dengan mengatakan perusahaan berfungsi lebih baik ketika berunding langsung dengan para pekerjanya. Tetapi bulan lalu perusahaan itu mengatakan mereka menghormati hak para pekerja untuk melangsungkan pemogokan.
Pemogokan kali ini merupakan pemogokan besar kedua dalam satu bulan oleh pekerja Starbucks di Amerika.
Pada 17 November lalu para pekerja di 110 gerai Starbucks mogok kerja selama satu hari. Pemogokan itu bertepatan dengan perayaan tahunan Starbucks’ Red Cup Day – ketika perusahaan membagikan tempat minum yang dapat digunakan kembali kepada pelanggan yang memesan minuman khusus liburan.
Serikat Pekerja mencatat bahwa Starbucks baru-baru ini menutup gerai pertama yang memiliki serikat pekerja di Seattle. Namun Starbucks mengatakan gerai kopi itu ditutup karena alasan keamanan.
Dewan Hubungan Perburuhan Nasional, sejak akhir tahun lalu Workers United telah mengajukan sedikitnya 446 tuduhan praktik ketenagakerjaan yang tidak adil terhadap Starbucks, termasuk bahwa perusahaan itu memecat penyelenggara tenaga kerja dan menolak melakukan tawar menawar.
Sementara itu perusahaan telah mengajukan 47 dakwaan terhadap serikat pekerja itu, antara lain tuduhan bahwa mereka menentang aturan tawar menawar ketika aturan itu dibahas dalam sessi yang direkam dan hasilnya dipasang di dunia maya.
Sejauh ini perselisihan perburuhan tampaknya tidak mengurangi penjualan Starbucks.
November lalu Starbucks mengatakan pendapatannya naik 3% ke rekor 8,41 miliar dolar selama periode Juli-September lalu. (voa/log)