Harga Gabah Naik, Petani PPU Bergairah Kembali

Edy Suratman Yulianto

Andi Trasodiharto, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten PPU. (Ist)
Andi Trasodiharto, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten PPU. (Ist)

Penajam, helloborneo.com – Para petani di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) kini mulai merasakan angin segar. Harga gabah yang sebelumnya sempat membuat petani mengeluh, kini melonjak menjadi Rp6.500 per kilogram. Kenaikan ini dinilai sebagai bentuk nyata keberpihakan pemerintah terhadap sektor pertanian, khususnya petani padi.

Andi Trasodiharto, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten PPU, menjelaskan bahwa saat ini petani lebih semangat kembali turun ke sawah, seiring dengan adanya dukungan dan kebijakan pemerintah yang responsif.

“Dulu harga gabah kering panen cuma Rp5.000, bahkan ada yang Rp4.800. Itu berat bagi petani. Bahkan gabahnya pun bisa rusak karena prosesnya susah, pasarnya juga sulit,” ujarnya.

Namun kini, lanjut Andi, pemerintah di semua level pusat, provinsi, hingga kabupaten, aktif memberi insentif dan kepastian harga. Salah satunya dengan peran aktif Bulog yang langsung menyerap gabah petani di lokasi.

“Harga Rp6.500 ini langsung disedot oleh Bulog, bahkan cukup sampai di pinggir jalan. Petani tinggal ngangkut ke jalan, nanti tim juru timbang Bulog datang langsung timbang dan catat. Dua hari kemudian langsung dibayar,” jelasnya.

Andi juga menegaskan bahwa pendekatan jemput bola menjadi kunci keberhasilan serapan gabah tahun ini. Bahkan, Menteri Pertanian memberikan perhatian serius terhadap daerah yang tidak sigap, dengan sanksi tegas seperti pergantian Kepala Bulog di Kalimantan Selatan yang dinilai tidak tanggap.

“Kalau tidak jemput bola, langsung di-cut oleh Pak Menteri. Contohnya di Kalimantan Selatan sudah ada yang diganti,” tambahnya.

Kini, semangat petani pun kembali menyala. Jika dulu penyuluh datang ke petani kerap diabaikan, sekarang mereka justru aktif bertanya dan bersiap tanam lebih cepat.

Dengan kebijakan ini, Dinas Pertanian PPU berharap produktivitas dan kesejahteraan petani terus meningkat, seiring dengan komitmen pemerintah untuk menjaga harga dan pasar hasil pertanian.

“Petani sudah berbondong-bondong mau tanam. Setelah dipanen, langsung siap garap lagi. Ini momen luar biasa,” pungkasnya. (adv/kmf/log)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses