Bagus Purwa
Samarinda, helloborneo.com – Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Kalimantan Timur mengajak kepala desa di Kabupaten Penajam Paser Utara mengarahkan sebagian anggaran dana desa untuk mencegah terjadinya “stunting” (anak tumbuh kerdil akibat kurangnya asupan gizi).
“Secara nasional terdapat 1.000 desa di 100 kabupaten yang mendapat intervensi penanganan ‘stunting’, di antaranya 10 desa di Kabupaten Penajam yang menjadi perhatian pemerintah,” ujar Kepala DPMPD Kaltim M Jauhar Efendi, ketika dihubungi helloborneo.com di Samarinda.
Untuk itu, ia meminta penggunaan dana desa lebih banyak dikonsentrasikan pada intervensi penanganan stunting, baik yang terkait dengan pembangunan maupun berbagai kegiatan yang diarahkan pada pemberdayaan masyarakat.
Dalam pembangunan fisik, diwajibkan 30 persen dari dana desa untuk upah pekerja, sehingga dari upah inilah harus diarahkan mengakomodasi tenaga kerja dari warga desa yang kurang mampu agar nantinya penghasilan mereka dapat mencukupi gizi keluarga.
Sementara dana desa yang digunakan pemberdayaan masyarakat juga harus lebih banyak diarahkan pada penanggulangan “stunting”, sehingga dalam kegiatannya harus lebih banyak untuk pemenuhan gizi dan kegiatan yang terkait dengan kesehatan.
“Silakan manfaatkan dana desa untuk pemenuhan gizi dan kesehatan. Kepala desa dan perangkatnya harus menyelenggarakan musyawarah desa guna menetapkan besaran anggaran menyesuaikan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sesuai kebutuhan prioritas,” ucap Jauhar Efendi.
Jika hal ini bisa dijalankan kepala desa di Penajam, warga desa juga turut membantu pemerintah pusat dalam penanganan kasus stunting, sehingga ke depan dapat meminimalisasi kasus tersebut.
Adapun 10 desa di Penajam yang mendapat intervensi dari pemerintah guna menurunkan angka stunting adalah desa yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Desa Api-Api di Kecamatan Waru.
Kemudian di Kecamatan Babulu terdapat lima desa yakni Desa Sumber Sari, Babulu Laut, Gunung Makmur, Sri Raharja, dan Labangka Barat.
Selanjutnya empat desa yang tersebar di Kecamatan Sepaku, yakni Desa Tengin Baru, Sukaraja, Karang Jinawi, dan Binuang.
“Stunting disebabkan kurangnya asupan gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan (mulai dalam kandungan) ditambah pola hidup yang tidak sehat.
Dalam jangka panjang, stunting menyebabkan kualitas SDM tidak dapat mengembangkan potensi dirinya, maka kondisi ini harus menjadi perhatian serius,” tutur Jauhar Effendi. (bp/hb)