Tanjung Redeb, helloborneo.com – Peningkatan geliat sektor pariwisata di tengah pademi Covid-19, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meresmikan gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, dan Aman) di Talisayan, Kabupaten Berau.
Gerakan BISA dilakukan sebagai upaya mitigasi dampak COVID-19 serta meningkatkan kualitas dan daya saing destinasi pariwisata Indonesia baik dari sisi kebersihan, keindahan, kesehatan, serta keamanan.
Mewakili pihak Kemenparekraf, Hasan Abud mengatakan dengan adanya gerakan BISA diharapkan protokol kebersihan sesederhana memakai masker dapat diterapkan secara disiplin di Talisayan. Sejauh ini, gerakan BISA sudah dilaksanakan di 64 lokasi, 16 propinsi, dan 38 kabupaten dan kota.
“Jika saya tidak memakai masker ketika menghadiri puluhan acara tersebut, mungkin kini saya sudah tertular,” ucap Hasan, Selasa (25/8/2020).
Wakil Bupati Kabupaten Berau, Agus Tamtomo mengingatkan besarnya potensi wisata Talisayan untuk kelak mampu bersaing di skala nasional maupun internasional.
“Berdasarkan hasil studi konsultan pariwisata di Inggris, hiu totol merupakan hewan penghasil devisa terbesar di seluruh dunia. Jika dikelola dengan benar, Hiu totol bisa menghasilkan Rp50 miliar per ekor pertahun. Sedangkan, dari sekitar 200 populasi hiu totol di Indonesia, di Talisayan ada 92 ekor. Sungguh potensi luar biasa”, papar Agus.
Hetifah Sjaifudian Wakil Ketua Komisi X DPR RI mengingatkan pentingnya sinergi lintas sektor yang dilakukan untuk meningkatkan potensi Talisayan. “Jalan yang kita lalui untuk menuju Talisayan dari Tanjung Redeb merupakan jalan provinsi, namun sangat berlubang-lubang. Tidak mungkin pariwisata akan berkembang kalau jalannya tidak mulus. Infrastruktur merupakan salah satu solusi, karenanya dibutuhkan kerjasama yang erat antara pusat dan daerah,” sorot perempuan yang juga mengemban posisi Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini.
Hetifah Sjaifudian, Ketua Panitia Kerja Pariwisata Komisi X DPR RI, menutup pidatonya dengan harapan Talisayan dapat menggabungkan peotensi pariwisata melalu sektor budaya dan tradisinya. “Kami di komisi X bukan saja fokus pada pariwisata, namun juga pada kebudayaan. Oleh karena itu, potensi budaya, misalnya legenda mengenai hiu totol tadi bisa diangkat agar menjadi branding luar biasa,” pungkasnya.
Turut hadir dalam acara tersebut diantaranya Agus Tamtomo Wakil Bupati Kabupaten Berau, Hasan Abud Direktur Pengendalian Strategis Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beserta jajaran Parekraf, Subroto dan Waris anggota dewan DPRD Kabupaten Berau, Kepala Camat, serta Kapolsek dan Danramil Talisayan.
Hal senada dikemukakan oleh Hetifah Sjaifudian selalu Wakil Ketua Komisi X DPR RI. Hetifah mengingatkan pentingnya sinergi lintas sektor yang dilakukan untuk meningkatkan potensi Talisayan.
“Jalan yang kita lalui untuk menuju Talisayan dari Tanjung Redeb merupakan jalan Provinsi, namun sangat berlubang-lubang. Tidak mungkin pariwisata akan berkembang kalau jalannya tidak mulus. Infrastruktur merupakan salah satu solusi, karenanya dibutuhkan kerjasama yang erat antara pusat dan daerah,” sorot perempuan yang juga mengemban posisi Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini.
Hetifah yang juga mengemban tugas sebagai Ketua Panitia Kerja Pariwisata Komisi X DPR RI, menutup pidatonya dengan harapan Talisayan dapat menggabungkan peotensi pariwisata melalu sektor budaya dan tradisinya.
“Kami di komisi X bukan saja fokus pada pariwisata, namun juga pada kebudayaan. Oleh karena itu, potensi budaya, misalnya legenda mengenai hiu totol tadi bisa diangkat agar menjadi branding luar biasa,” pungkas Hetifah. (/sop/hb)