Ritual Khusus Menanam di Ladang, Suku Dayak Lundayeh Andalkan Petunjuk dari Burung

Foto Istimewa.

Malinau, helloborneo.com – Kebudayaan berladang padi secara tradisional tetap digeluti oleh suku Dayak Lundayeh dan suku Dayak lainnya di Kabupaten Malinau.

Wilson Tebari, salah satu warga Malinau mengaku zaman nenek moyang dahulu, proses ingin menanam memerlukan sebuah ritual khusus yang ditentukan oleh kepala besar adat dan petunjuk dari burung atau biasa disebut mengei.

Mengei bakal memberikan isyarat bila datang dari kanan ke kiri kepala besar maka masa tanam ditunda. Sedangkan bila mengei datang dari kiri ke kanan ladang bagus untuk ditanam atau mulai berladang.

“Semua itu ada petunjuknya satu aja yang mereka pegang kepala Adat kepala sukunya kepala besarnya. Apakah ini beruntung mengei datang kiri ke kanan itu bagus.” kata Wilson ditemui di ladang, Sabtu (21/08/2021).

Bila masa tanam ditunda maka harus menjalani puasa hingga dua pekan untuk kembali mendapatkan petunjuk.

“Kalau dari kanan ke kiri batalkan untuk berladang makan dilakukan lagi ritual mohon petunjuk sebelum berladang. Puasa sampai dua minggu,” ucapnya.

Memasuki musim tanam, menugal atau nugal menjadi cara yang wajib dilakukan saat musim tanam. Dimana peran laki laki menugal atau melubangi tanah sedangkan perempuan bekerja menabur benih padi ke dalam lubang.

Dalam proses menugal pun bisa dibilang tak sembarang. Sesuai dengan budaya leluhur, laki laki bertugas menugal sedangkan perempuan bertugas menaburkan benih padi.

Ruth Soleman, wanita suku Lundayeh berusia 60 tahun, menambahkan bahwa laki laki dianggap lebih kuat melubangi tanah dengan kontur tanah yang miring, sedangkan perempuan lebih teliti dan menabur benih pekerjaan mudah.

“Perempuan yang nabur. Kalau alasannya laki laki lebih bertenaga, apalagi dengan kondisi tanah miring atau bergunung-gunung,” tegas Busak Ruth Soleman.

Secara turun temurun pekerjaan berat seperti menebas, menebang dan nugal dikerjakan oleh laki laki. Dan pekerjaan melakukan pekerjaan ringan seperti menabur atau merawat tanaman.

Namun sistem tanam seperti menugal memang bukan untuk skala besar. Dari masa tanam hingga panen padi perlu waktu hingga 6 bulan. Sedangkan hasil panen bisa digunakan untuk keperluan pribadi hingga musim panen berikutnya. Dengan luasan 1 hektare mampu menghasilkan hingga 2 ton beras. (/sop/hb)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.