Nita Rahayu
Berau, helloborneo.com – Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Berau masih kekurangan armada operasional untuk memaksimalkan pengelolaan sampah di daerah itu.
“Kami masih kekeurangan asmada operasional untuk mengelola sampah,” ujar Kepala Bidang Kebersihan Dinas LHK Kabupaten Berau, Anwar ketika dihubungi helloborneo.com di Berau, Sabtu.
Keseluruhan armada Dinas LHK Kabupaten Berau, khususnya bidang kebersihan, hanya 29 unit dump truck, roda tiga ada lima unit, 2 exsavator dan 1 unit Loder.
Ia mengatakan, memang sudah dianggarkan satu unit dozer dan satu unit eksavator tetapi sampai sekarang belum bisa dilakukan pengadaannya karena kondisi keuangan yang belum stabil. Sedangkan untuk TPA Pulau Derawan, belum ada unit dan TPA Talisayan menggunakan dump truck milik warga.
“Perlu ditambah armada dump truck sebanyak 2 unit untuk di Tanjung, satu unit di Talisayan dan satu unit lagi di Derawan. Ini sesuai dengan jumlah tonase sampah kita yang mencapai 60 ton perhari,” tuturnya.
Dozer yang ditempatkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah tidak bisa digunakan lanjut Anwar, untuk perbaikan memerlukan anggaran mencapai Rp250 juta.
“Anggaran jika dipakai untuk memperbaiki dozer, armada yang dump truck tidak akan terurus,” ungkapnya.
Diakui Anwar, kerusakannya dari September 2021. Dozer tersebut terpaksa hanya dianggurkan saja. meskipun dikatakannya, terdapat dua unit exsavator yakni PC 200 dan PC 100 yang beroprasi di TPA.
“Jadi ya kondisinya lihat sendirikan bagaimana,” ucapnya.
Mobil penyapu jalanan milik Dinas LHK Kabupaten Berau, sebanyak dua unit hanya terparkir di gudang milik dinas tersebut. Bahkan satu mobil penyapu jalanan ukuran kecil seharga Rp1,8 miliar, sudah mangkrak sejak 2018 akibat kerusakan alat.
Sedangkan yang ukuran besar dengan harga mencapai Rp2 miliar, mengalami kebocoran pada bagian oli hodrolik dipenyapu bagian depan. Ia menuturkan, mobil penyapu jalan yang diadakan pada 2017 untuk unit besar. Sedangkan untuk unit kecil diadakan pada 2016.
“Kalau unit yang besar, sering digunakan, terakhir pada bulan sembilan lalu,” kata Anwar.
Untuk unit kecil jelasnya, kerusakannya cukup parah dan membutuhkan ongkos mencapai Rp50 juta, dengan mendatangkan mekanik dari Surabaya, Jawa Timur. Karena kerusakan bukan pada mesin, namun alat elektroniknya.
“Kendaraan itu pengoprasiannya elektronik, bukan manual,” ujarnya.
Sedangkan untuk unit yang besar, menurut Anwar, biaya operasional yang tinggi, sehingga jarang digunakan, dalam waktu satu jam menggunakan mobil penyapu jalanan besar, bisa menghabiskan solar sebanyak 20 liter.
“Selain itu, saat ini kondisinya juga rusak pada bagian penyapunya, kami biasa gunakan di Jalan Ponegoro sana,” jelasnya. (bp/tan)