SKK Migas Kalsul Bentuk Peran Serta Entaskan Kasus Stunting

Tun MZ

Webinar Forum Tanggung Jawab Sosial (FJTS) 2021 Sesi Dua. (Ist)
Webinar Forum Tanggung Jawab Sosial (FJTS) 2021 Sesi Dua. (Ist)

Balikpapan, helloborneo.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksanan Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi Perwakilan Kalimantan Dan Sulawesi (SKK Migas Kalsul) bentuk peran serta mengentaskan kasus stunting dengan menggelar webinar Forum Tanggung Jawab Sosial (FJTS) 2021 Sesi Dua. 

Tema webinar yang dilaksanakan Kamis tersebut, adalah Mengenali Akar Masalah dan Upaya Solusi Penanganan Stunting di Wilayah Sekitar Operasi Migas.

Spesialis Dukungan Bisnis SKK Migas Perwakilan Kalsul, Damar Setyawan mewakili Kepala Perwakilan SKK Migas Kalsul, Azhari Idris, dalam sambutannya menyampaikan kegiatan merupakan salah satu bagian dari program pengembangan masyarakat di sekitar wilayah kerja.

“Permasalahan stunting menjadi salah satu isu prioritas nasional karena mengganggu SDM dan berkaitan langsung dengan kesehatan. Berdasarkan data BKKBN angka kasus stunting balita Indonesia saat ini mengalami penurunan, namun masih dinilai tinggi oleh WHO, karena harus di bawah 20 persen,” ujarnya.

“Pemerintah Indonesia menargetkan kasus stunting secara nasional turun ke angka 14 persen, dengan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi satu langkah untuk menwujudkannya,” tambahnya dalam keterangan pers tertulis yang diterima helloborno.com.

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan, Rizal Damanik dalam materinya menjelaskan, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kondisi kekurangan gizi kronis. Berdasarkan survei status gizi balita tahun 2019, angka stunting di Indonesia sebesar 27,67 persen.

Penurunan angka stunting disebut menjadi bagian dari SDGS, yakni menghilangkan kelaparan dan menjamin akses bagi semua orang, khususnya masyarakat yang berada dalam kondisi rentan, termasuk bayi, terhadap makanan yang aman, bergizi dan cukup sepanjang tahun.

“Menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi, termasuk pada tahun 2025 mencapai target yang disepakati secara internasional untuk anak pendek dan kurus dibawah usia lima tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta manula,” jelasnya.

Founder Ayah ASI, Sogi Indra Dhuaja, sebagai narasumber ke-dua dalam webinar ini mengajak para ayah untuk turut berperan dalam pemenuhan gizi buah hati. ASI menjadi makanan pertama bagi bayi hingga usia 2 tahun. Dengan terpenuhinya kebutuhan ASI anak, akan berpengaruh pada tubuh kembang anak sehingga mampu mencegah stunting.

“Menjadi Ayah ASI dapat dengan cara meringankan beban istri, seperti membantu menggendong bayi, menyiapkan keperluan istri, mengurus bayi, memantau bayi, hingga membantu mengurus rumah sehingga membuat istri senang. Kondisi yang senang berpengaruh terhadap kelancaran ASI,” kata dia.

Penanganan stunting pada anak dapat dimulai dengan memberikan ASI. Alasannya ASI lebih hemat dari susu formula, memiliki kandungan terbaik, resiko higienitas ASI lebih kecil dari susu formula. Bayi yang kebutuhan gizinya tidak terpenuhi beresiko terkena stunting, dan berdampak pada tingkat intelegensi anak kedepannya.

“Pada masa awal menyusi, ASI yang keluar berupa cairan berwarna kekuningan atau biasa disebut kolostrum. Ini mengandung zat yang sangat baik untuk imunitas pertama bagi bayi,” ucapnya.

Akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universtas Hasanuddin Makasar, Veni Hadju melakukan implementasi penanggulangan stunting di Kecamatan Batui Selatan, salah satunya dengan mendampingi posyandu dan memberikan edukasi pada masyarakat. 

Kerjasama antara JOB Tomori dan UNHAS ditujukan untuk menurunkan prevalensi stunting pada balita dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah Kabupaten Banggai.

“Di Kecamatan ini kami mendapatkan bahwa anak yang masih ASI hanya 75,9 persen, sedangkan yang mendapatkan kualitas MP ASI hanya 27,7 persen. Tetapi begitu aktivitas masyarakat dalam tiga bulan terakhir ini mencapai 90 persen,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan stunting menentukan tingkat kesejahteraan setiap daerah, percepatan penurunan stunting menjadi tanggung jawab bersama dan kerjasama perguruan tinggi dengan berbagai pihak perlu ditingkatkan untuk memberikan hasil yang optimal. (bp/tan)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.