Nita Rahayu
Berau, helloborneo.com – Bupati Berau, Sri Juniarsih. Ia meminta para kader posyandu untuk lebih aktif seiring meningkatnya kasus stunting atau anak tumbuh kerdil akibat kurang gizi di daerah itu.
“Kader harus posyandu lebih aktif lagi lakukan sosialisasi kepada masyarakat, tentang gaya hidup sehat dan juga meminta masyarakat rutin melakukan pemeriksaan kehamilan,” ujar Bupati Sri Juniarsih ketika ditemui helloborneo.com di Berau, Rabu.
Seperti diketahui lanjut ia, mengkonsumsi ikan merupakan salah satu upaya untuk menambah protein. Terlebih, pada Minggu (21/11), diperingati sebagai hari ikan nasional diharapkan, khusus kepada ibu muda agar bisa menjaga kesehatan diri untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.
Bupati perempuan pertama di Berau tersebut mengatakan, dengan penambahan insentif bagi kader posyandu, dari sebelumnya Rp600 ribu per bulan menjadi Rp1 juta, seharusnya bisa disesuaikan kinerja.
“Kami memahami, pada tahun lalu banyak posyandu memilih untuk tutup karena mewabahnya COVD-19. Itu dipahami, tapi sekarang sudah mereda bisa kembali diaktifkan,” ujarnya.
Pejabat kewilayahan yakni camat, lurah, kepala kampung hingga tingkat RT, kata dia, bisa berperan aktif, mencegah terjadinya stunting di “Bumi Batiwakkal” atau sebutan Kabupaten Berau, dan penuntasan stunting tidak hanya peran satu pihak tetapi semua terlibat.
“Semua berperan aktif, kami yakin bisa tuntaskan permasalahan stunting yang sudah menjamur ini,” ucap Sri Juniarsih.
Dengan masuknya Kabupaten Berau dalam lokasi khusus (Lokus) pada 2022 menurut dia, merupakan salah satu langkah yang harus diubah, dengan pendataan yang tepat bisa segera tertangani dan masalah tersebut bisa diselesaikan.
“Bukan hal negatif, itu bisa menjadikan dasar kami mengetahui lokasi stunting tertinggi. Kami drop ke sana biar segera tertangani dengan serius,” jelasnya.
Permasalahan stunting di Kabupaten Berau, masih menjadi perhatian khusus, data dari Dinas Kesehatan setempat angka stunting pada semester satu mencapai 18,80 persen dari 4.366 balita yang ditimbang.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Berau, Lamlay Sari mengatakan, masalah stunting banyak penyebabnya, yakni sang ibu mengalami anemia, hypertensi, stres, hingga permasalahan COVID-19 yang membuat banyak posyandu tutup pelayanan.
“Saya tekankan di sini, posyandu itu kewenangan dari kelurahan, camat maupun kepala kampung. bukan milik Dinas Kesehatan,” ungkapnya.
Selain permasalahan tersebut ia menjelaskan, faktor usia sang ibu juga berpengaruh pada kelahiran sang anak. Usia di bawah 25 tahun dan di atas 35 tahun, menjadi sangat rentan anak tersebut mengalami stunting.
“Jadi stunting itu berbeda dengan gizi buruk. Stunting itu, lebih ke panjang badan sang anak,” ucap Lamlay Sari.
Masih tingginya bayi berat lahir rendah (BBLR) yakni berat lahir kurang dari 2.500 gram, menjadi salah satu faktor pendukung terjadi stunting di Bumi Batiwakkal, diharapkan agar para ibu yang sedang mengandung, rutin memeriksakan kandungannya karena pencegahan bisa dilakukan sejak dalam kandungan.
Pada 2019, kasus stunting di Kabupaten Berau yakni 13,90 persen atau 1.487 dari 10.701 balita yang ditimbang. pada 2020 yakni 18,06 persen dari 10.735 balita yang ditimbang. Orangtua sebenarnya tidak perlu panic, karena stunting bisa disembuhkan selama sang anak masih berusia di bawah dua tahun.
“Jika usianya sudah di atas lima tahun potensinya kecil untuk bisa sembuh. Beda kasus, gizi buruk dan stunting. Gizi buruk itu tingginya normal tapi malnutrisi,” jelasnya.
Tujuan pendataan stunting sebenarnya, untuk mempersiapkan lokus wilayah yang akan ditangani. Terlebih pada 2022, Kabupaten Berau masuk dalam lokus bersama dengan Kabupaten Penajam Paser Utara, Mahakam Ulu, dan Kota Bontang.
Penetapan lokus tersebut sesuai Surat Edaran Bupati Berau nomor 440/418/Set-1/XI/2021 tentang Pelaksanaan Pendataan Sasaran Untuk Penentuan Desa Lokus Penurunan Stunting.
Semua stakeholder berperan penting dalam penanganan stunting karena tidak hanya dari segi kesehatan, melainkan dari pangan dan Dinas Sosial turut berperan penting untuk mencegah angka stunting meningkat.
“Faktor makan juga berpengaruh. Kita tahu, hasil panen kita melimpah. Karena dibilang faktor ekonomi, saya rasa tidak terlalu berpengaruh ke stunting,” kata Lamlay Sari. (bp/tan)