Berau Masih Tertutup Buat Wisatawan Mancanegara

Nita R

Tanjung Redep, helloborneo.com – Data kunjungan wisatawan nusantara maupun wisatawan asing ke Berau per November 2021 lalu mencapai 125.300 jiwa. Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan kunjungan pada tahun sebelumnya yakni, 127.398 jiwa.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau Masrani memperkirakan jumlah tersebut bertambah, mengingat rekap pada Desember 2021 lalu, belum masuk dalam data entri.

“Kita terbanyak itu di tahun 2019 yakni mencapai 301.015 jiwa, dimana wisatawan asing sebanyak 8.323, dan wisatawan nusantara mencapai 292.692 orang,” ungkapnya,  Selasa (1/2).

Geliat wisata di Bumi Batiwakkal tidak bisa dipandang sebelah mata. Sektor wisata Berau sudah cukup mendunia, namun dengan adanya pandemi Covid-19, sempat membuat pengelola tempat wisata gigit jari.

Pasalnya larangan untuk masuk ke Berau diberlakukan selama beberapa bulan. Hal ini tentu, membuat perekonomian melesu.

“Saat ini memang geliat perekonomian mau kita bangkitkan melalui sektor pariwisata, sembari berjalan tertatih, mengingat kondisi masih pandemi,” ucap Masrani.

Disinggung mengenai adanya varian Covid 19 terbaru yakni Omicron, Masrani menegaskan, pihaknya saat ini menutup kunjungan wisatawan mancanegara. Kecuali bagi mereka yang memang Kartu Izin Tinggal Terbatas (Kitas) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (Kitap).

“ini juga dilakukan untuk mencegah penularan varian baru Covid-19,” jelasnya.

Tidak bisa dipungkiri, kekhawatiran akan gelombang ketiga Covid-19 masih menghantui masyarakat Bumi Batiwakkal. Nyaris seluruh sektor porak poranda, perekonomian nyaris lumpuh, perputaran rupiah berjalan merangkak.

Masrani menambahkan, pada perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 lalu, wisatawan banyak berkunjung ke Berau, dan beruntungnya tidak terjadi penularan.

“Was-was pasti, kita khawatir jika datangnya wisawatan menciptakan klaster baru, tapi Alhamdulilah, tidak terjadi. Perekonomian perlahan membaik,” katanya.

Pelarangan wisatawan mancanegara masuk ke Berau memiliki alasan yang cukup kuat. Rasa takut akan terjadi klaster baru menjadi pertimbanan utama.

“Kita terima yang lokal saja dulu, sembari berjalannya waktu, kita buka kembali untuk mancanegara,” tandasnya. (yor)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses