Kementan: Ketersediaan Pangan Strategis Cukup Aman

Persediaan Beras di PPU.
Persediaan Beras di PPU.

Jakarta, helloborneo.com – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan secara nasional ketersediaan komoditas pangan strategis selama Januari hingga Desember 2022 cukup aman, meliputi 12 komoditas pangan seperti beras, jagung, cabai rawit, minyak goreng, telur ayam ras dan gula konsumsi. Produksi beras nasional pada tahun 2022 tembus 32 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 31,36 juta ton.

Namun, ia mengimbau pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten dan kota untuk melakukan pencadangan (buffer stock) komoditas pangan untuk mencegah kenaikan harga komoditas menjelang akhir tahun.

“Ingat 2023 itu, pernyataan FAO (organisasi pangan dan pertanian PBB -red), World Bank dan IMF mengatakan ada kegelapan dari ketahanan pangan dunia, oleh karena itu wajar kalau semua melakukan buffer stock seperti ini. Nah karena kita tidak melakukan buffer stock, harganya kemudian dipermainkan dengan dinamika yang ada, yang luar biasa,” kata Syahrul dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, di channel YouTube Kemendagri.

Meski demikian, Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Pangan Nasional (BPN), Andriko Noto Susanto mengatakan pemerintah tetap perlu segera melakukan pencadangan beras dan percepatan realisasi impor komoditas kedelai, bawang putih, gula konsumsi dan daging lembu. Hal itu dilakukan mengingat posisi stok beras di Perusahaan Umum (Perum) BULOG per 18 November 2022 kurang dari 700 ribu ton atau hanya 26 persen dari kebutuhan beras 2,5 juta ton per bulan.

Sedangkan cadangan untuk komoditas bawang putih sebesar 24,40 ton dari kebutuhan 50.185 ton per bulan, kedelai 1.371,50 ton dari kebutuhan 247.445 ton per bulan, jagung sebesar 17,85 ton dari sekitar 1.27 juta ton per bulan.

“Artinya kalau pemerintah tidak memiliki jumlah cadangan yang memadai, kita tidak bisa melakukan intervensi manakala terjadi instabilitas baik pasokan maupun harga. Jadi kita berharap pemerintah bisa menguasai cadangan pangan, 11 bahan pangan pokok,” kata Andriko Noto Susanto dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah.

Menurut Andriko, ada lima langkah yang dilakukan oleh Badan Pangan Nasional dalam stabilisasi pasokan dan harga pangan, serta pengendalian inflasi nasional di antaranya dengan mobilisasi pangan daerah surplus ke daerah defisit, operasi pasar dan pengendalian inflasi pangan.

Antisipasi Kebutuhan Pangan Akhir Tahun

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik, Setianto, mengatakan pemerintah perlu mewaspadai naiknya harga kebutuhan pangan menjelang Natal dan Tahun Baru. Kenaikan tersebut diyakini dapat menyebabkan kenaikan inflasi yang tinggi. Antisipasi, katanya, juga perlu dilakukan terhadap potensi gangguan distribusi oleh faktor cuaca dan bencana alam seiring dengan meningkatnya musim hujan.

Setianto menjelaskan hasil pemantauan harga 20 komoditas pangan terpilih dari Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), Kementerian Perdagangan, selama bulan November 2022 menunjukkan volatilitas harga produk hortikultura cabai merah, bawang merah dan cabai rawit yang berpotensi menyumbang inflasi bulan November.

“Kemudian telur ayam ras, daging ayam ras dan beras juga menunjukkan peningkatan untuk menyumbang andil inflasi di bulan November,” ungkap Setianto.

Ia mengatakan harga cabai merah dan cabai rawit paling berfluktuasi di pasar-pasar amatan di banyak kabupaten dan kota. Kondisi tersebut umumnya disebabkan faktor supply dan demam serta spekulasi oleh pedagang pasar. (voa/log)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.