Rapal JKN
Tana Paser, helloborneo.com – Nilai tukar Rupiah melemah semakin dalam. Kurs tengah Bank Indonesia, rupiah ditutup dengan nilai tukar Rp 14.067 per dolar AS. Pelemahan tersebut adalah yang terburuk sejak Agustus 1998. Pelemahan kali ini dinilai akan membawa dampak lebih buruk dibanding yang terjadi tahun 1998.
Duma Alfira, kabid perdagangan mengatakan, pihak menilai pelemahan tersebut sangat berdampak terhadap perputaran uang di Kabupaten Paser. Bahkan tercatat sampai hari sekitar lebih 10 persen terjadi penurunan dan masih akan terus bertambah bila nilai rupiah semakin melemah.
“Pada saat rupiah itu melemah, tentu saja biaya produksi dan industri, pedagan menjadi tinggi. Sehingga akan mendesak daya saing yang lebih tinggi dan menurunkan peminat konsumen,” kata Duma saat di temui di ruangannya.
Duma lanjut menyatakan, berbagai sektor industri yang terpukul oleh pelemahan rupiah. Diantaranya elektronik, otomotif, termasuk properti dan emas. Bahkan untuk kebutuhan pokok seperti tempe, tahu juga terkena dampaknya.
“Properti dan emas meningkat cukup tajam karena banyak pengembang yang sumber pembiayaannya dari utang luar negeri. Serta kebutuhan pokok yang terjadi peningkatan harga,” ungkap Duma.
Selain itu menurut Duma, dampak dari pelemahan rupiah berpengaruh di tingkat produsen, akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Baik ekonomi menengah atas, maupun masyarakat bawah. Sebab barang konsumsi sehari-hari berpengaruh dari melemahnya rupiah.
“Jika nilai rupiah terus melemah, maka kondisi ini akan semakin parah bagi daerah,” tutupnya. (rol)