Subur Priono – Humas Setkab Penajam Paser Utara

Darmawan, Kabid Kebudayaan dan Pariwisata Dishubbudpar Kabupaten PPU (Subur Priono – Humas Setkab PPU)
Penajam, helloborneo.com – Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, mengembangkan ekowisata hutan bakau atau mangrove di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Penajam, sebagai salah satu upaya meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah).
Kepala Bidang Budaya dan Pariwisata Dinas Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Penajam Paser Utara, Darmawan di Penajam, saat “talkshow” bersama salah satu stasiun radio lokal di Kota Balikpapan, Rabu, mengatakan kawasan wisata hutan bakau itu sebagai kawasan yang dapat mendukung pariwisata lainnya di daerah itu.
Kawasan ekowisata tersebut menurutnya, memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara, di mana kendati masih proses pembangunan sudah banyak masyarakat yang datang ke kawasan ekowisata hutan bakau itu.
“Objek wisata yang ada di wilayah Penajam Paser Utara sesungguhnya sangat menjanjikan, tetapi belum menjadi tujuan wisata sehingga belum menarik para wisatawan,” ujar Darmawan.
Selain untuk melestarikan bakau dan lokasi tujuan wisata, lanjut dia, kawasan ekowisata hutan bakau itu juga diproyeksikan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Penajam Paser Utara dari sektor pariwisata.
“Setelah objek wisata itu berjalan dengan baik, pemerintah daerah juga akan mengelola potensi wisata lainnya di wilayah Penajam Paser Utara,” ucap Darmawan.
Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara optimistis ekowisata tersebut akan menjadi referensi liburan alam hutan bakau regional yang sangat menarik.
Anggaran pengembangan kawasan ekowisata itu sekitar Rp1,17 miliar yang bersumber dari dana alokasi khusus Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Dishubbudpar Kominfo Kabupaten Penajam Paser Utara berharap ada tambahan dana pada APBD 2017 untuk mengembagkan ekowisata hutan bakau yang mudah dijangkau dari Penajam dan Balikpapan itu menjadi objek wisata andalan baru.
Darmawan menjelaskan, dipilihnya lahan pengembangan ekowisata “mangrove” di Kampung Baru, karena ketebalan hutan bakau lebih baik dibanding tempat lainnya, serta didukung keanekaragaman hewan di dalamnya.
Selain membangun gerbang utama di kawasan hutan bakau tersebut, juga akan dibangun jembatan kayu untuk wisatawan dapat menikmati keasrian kawasan ekowisata “mangrove” tersebut dan berakhir dengan hamparan panorama laut yang biru di ajungan jembatan
“Setelah pembangunan jembatan kayu selesai dilanjutkan dengan pembangunan kafe mini dan gazebo,” tambah Darmawan.
Ekowisata hutan bakau itu juga dilengkapi plaza, pujasera, lahan bermain, taman, areal permainan dan lahan perkemahan, kantor pengelola, toko cinderamata dan toilet.
Ada juga kantor pengelola wahana permainan, gerbang masuk kawasan “mangrove”, “guest house”, restoran terapung, anjungan pandang laut, bakau dan hewan lindung, musala, tempat pembuangan sampah sementara, parkir mobil, parkir sepeda motor, hingga parkir bus. (adv/bp/*rol)