Edy S Yulianto
Bulungan, helloborneo.com – Sebanyak Delapan kasus persetubuhan di bawah umur terjadi di Kabupaten Bulungan sepanjang 2021.
“Kasus persetubuhan di bawah umur ada delapan kasus dan empat kasus di antaranya terjadi pada Juni 2021,” ungkap Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Kabupaten Bulungan, Ipda Lince Karlinawati ketika dihubungi helloborneo.com di Bulungan, Sabtu.
Sejumlah kasus persetubuhan di bawah umur tersebut terjadi akibat hubungan pertemanan atau pacaran, dan satu kasus lainnya hubungan keluarga atau ayah tiri.
Lince Karlinawati mengingatkan peran orang tua dalam pengawasan karena persetubuhan di bawah umur rentan terkadi pada usia 14-16 tahun.
“Kepolisian tidak bisa memastikan setiap hari untuk melakukan bimbingan, apalagi dari rumah ke rumah,” ucapnya.
“Apa yang disampaikan oleh pihak kepolisian itu menjadi peringatan bagi masyarakat,” ujar Bupati Kabupaten Bulungan Syarwani ketika dikonfirmasi terpisah.
Selain peran aktif para orang tua dan lingkungan sekitar tegas Ketua Partai Golkar Kalimantan Utara tersebut, agar ada peran dari kelembagaan pemerintah daerah untuk tanggap atas permasalahan itu.
“Peran kelembagaan pemerintah daerah untuk perlindungan anak akan dimaksimalkan kedepannya, persoalan itu menjadi catatan khusus bagi kota Ibadah (sebutan Kabupaten Bulungan),” tegas Syarwani lagi.
“Peran orang tua sangat penting dalam kasus ini. Melalui edukasi seks memberikan pemahaman kepada calon korban untuk menghindari dan menyadari batasan,” tambah Aktivis perempuan dan anak Kabupaten Bulungan, Jannah ketika dihubungi terpisah.
Korban yang mengalami trauma menurut dia, bisa memicu model kasus lainnya, jadi tidak hanya melalui sosialisasi harus ada pendampingan.
“Dinas teknis tidak hanya sebatas sosialisasi, melalui brosur, spanduk, dan baliho. Tapi juga mengandeng para orang tua dan sekitar, untuk bisa menjadi agen perlindungan perempuan dan anak” jelas Jannah. (bp/tan)
