ES Yulianto

Penajam, helloborneo.com – Penetapan ibu kota negara Indonesia yang baru di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, belum berdampak terhadap perpindahan penduduk secara signifikan di daerah itu.
Menurut Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Penajam Paser Utara, Mawar saat ditemui helloborneo.com di Penajam, Jumat, data penduduk sementara berasal dari semester satu 2021, sedangkan akumulasi 2021 masih menunggu persetujuan dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri.
“Kabupaten Penajam Paser Utara masih bisa diungkapkan hanya semester satu 2021, sedangkan untuk akumulasi 2021 masih menunggu persetujuan,” ujarnya.
Untuk data jumlah penduduk hingga semester satu 2021 yakni 185.022 jiwa dengan perkiraan pertambahan dalam satu tahun sekitar 5.000 jiwa.
Jumlah terbanyak masih dikuasai Kecamatan Penajam dengan 89.409 jiwa, Kecamatan Sepaku 38.160 jiwa, Kecamatan Babulu 37.355 jiwa dan Kecamatan Waru 20.098 jiwa.
“Beberapa tahun terakhir rata-rata naik sekitar 5.000 jiwa. Dari 185.022 totalnya kalau per kecamatan, terbanyak masih Penajam, Sepaku, Babulu dan Waru. Dari dulu memang Penajam terbanyak sedangkan Babulu dan Sepaku hampir sama atau beda tipis,” ujarnya.
Jumlah pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sepaku yang bakal menjadi ibu kota negara Indonesia yang baru, dianggap belum mengalami kenaikan yang signifikan.
Saat ini menurut Mawar orang pindah ke Kecamatan Sepaku hanya sekedar membeli tanah bukan untuk menetap, dan perpindahan penduduk ramai terjadi di Kota Balikpapan serta Samarinda.
“Saya lihat di situ kebanyak orang beli tanah kalau jumlah penduduk yang masuk belum signifikan karena memilhat kondisi fasilitas dan akses Kecamatan Sepaku belum memadai, orang masih pikir ke situ. Balikpapan dan Samarinda karena dilihat fasilitas dan akses,” ungkapnya. (bp/hb)