Tun MZ
Surabaya, helloborneo.com – Sekitar 30 kilogram sampah dibawa turun dalam aksi pungut sampah di Gunung Penanggungan, di Kabupaten Mojokerto, belum lama ini. Aksi ini biasa dilakukan tiga bulan sekali oleh Trashbag Community, kelompok anak muda peduli gunung yang bersih dari sampah. Dalam aksi pungut sampah, masih banyak ditemukan sampah plastik di atas gunung, yang ditinggalkan para pendaki.
Daffa’ Arif Fadillah, Ketua Trashbag Community Jawa Timur, menyayangkan masih banyaknya pendaki yang malas membawa turun sampahnya sehingga mengotori gunung yang menjadi tempat hidup berbagai satwa maupun tumbuhan. Dari sejumlah pendakian dan aksi pungut sampah yang telah dilakukan Trashbag Community, hampir semua gunung dikotori oleh sampah plastik oleh para pendakinya.
“Dari visi misinya Trashbag, gunung bukan tempat sampah. Jadi, kita memang fokusnya ke gunung. Dari teman-teman itu miris kalau lihat gunung-gunung di Indonesia ini, kok malas-malas (pendakinya). Kita membawa makanan yang ada bungkusnya, otomatis harus membawa bungkusnya kembali, jangan sampai mengotori alam sekitar.”
Banyaknya sampah di gunung dibenarkan Mohammad Fatih, mahasiswa pecinta alam dari Universitas Muhammadiyah Surabaya. Kata Fatih, hampir semua gunung sudah dipenuhi sampah akibat kurang pedulinya pendaki gunung. Fatih mengatakan, sebagai pendaki yang mengaku mencintai alam, seharusnya para pendaki memikirkan untuk tidak membawa barang yang dapat menjadi sampah dan mencemari lingkungan hidup.
“Hampir semua gunung, tidak bisa dibilang satu dua gunung lagi, semua gunung sudah penuh sampah. Kita waktu di Makassar saja 2017 itu hampir truk truk sampah memuat sampahnya. Sedih sih, ditambah lagi botol-botol plastiknya ada urine, sangat disayangkan orang-orang masih berani ke gunung, tapi tidak berani keluar tenda untuk buang air kecil. Harapan saya, minimal bawa botol minuman yang bisa dipakai jangka waktu lama, jadi tidak menjadi sampah nanti di gunung,” tukasnya.
Daffa’ Arif Fadillah menambahkan, dari sejumlah gunung yang pernah didaki, tidak semua pengelola gunung menerapkan aturan ketat terkait sampah. Hal ini yang menjadikan pendaki kurang memahami dan peduli terhadap kelestarian lingkungan.
“Gunung yang saya daki itu, istilahnya yang paling ketat (aturannya) memang Gunung Semeru. Memang didata, mulai dari kalau perokok berapa pack rokok, isinya berapa puntung rokok itu harus kembali. Yang paling berat (sanksi) sih di-blacklist, kalau ringannya biasanya disuruh kembali, sampahnya dibawa turun lagi, diambil lagi,” katanya.
Trashbag Community, kata Daffa’, mengajak masyarakat yang mendaki atau sekedar rekreasi ke gunung untuk tidak lagi meninggalkan sampah mereka di alam, namun harus membawa dan membuangnya ke tempat yang disediakan. Masyarakat, kata Daffa’, harus mengurangi pemakaian kantong plastik sekali pakai, untuk membantu mengurangi risiko kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh plastik.
Yang pertama, minimal kurangi sampah plastik, tas kresek sekali pakai, soalnya memang yang benar-benar kelihatan kan sehari-hari kita belanja ke supermarket ini, supermarket ini, kadang-kadang belinya sedikit minta tas kresek, otomatis tas kresek itu pasti dibuang, tidak akan dipakai lagi.”. (voa/log)