Petugas Kepolisian Kepulauan Solomon berdiri di pos pemeriksaan setelah berhari-hari kerusuhan di Honiara, Kepulauan Solomon, 26 November 2021. (Foto: REUTERS/Elizabeth Osifelo)

Polisi dan Diplomat Australia Tiba, Bantu Atasi Kerusuhan Kepulauan Solomon

Tun MZ

Sydney, helloborneo.com – Sebuah pesawat yang membawa polisi dan diplomat Australia tiba pada Kamis (25/11) malam di Kepulauan Solomon untuk membantu polisi setempat memulihkan ketertiban dan melindungi infrastruktur penting, setelah demonstrasi anti-pemerintah, pembakaran dan penjarahan yang melanda ibu kota Honiara dalam beberapa hari terakhir ini.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan lebih banyak lagi polisi dan personel Pertahanan Australia akan terbang ke Honiara pada Jumat (26/11) malam.

“Kami memiliki warga Australia yang dengan berani datang ke Kepulauan Solomon untuk keluarga kami di Pasifik, untuk memastikan bahwa kita dapat memiliki stabilitas dan perdamaian sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah secara internal. Ini bukan masalah yang melibatkan Australia,” ujar Morrison kepada wartawan di Adelaide.

Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare hari Jumat menyalahkan campur tangan asing terhadap demonstrasi yang terjadi setelah keputusan pemerintahnya untuk mengalihkan aliansi dari Taiwan ke Beijing. 

Namun para kritikus juga menilai kerusuhan itu disebabkan oleh kurangnya layanan dan akuntabilitas pemerintah, korupsi dan banyaknya pekerja asing yang mengambilalih pekerjaan penduduk setempat.

Pada tahun 2019 Sogavare menimbulkan kemarahan banyak orang, terutama para pemimpin propinsi berpenduduk terpadat, Malaita, ketika ia memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan.

Australia, yang tidak akan membantu untuk melindungi Parlemen Nasional dan gedung-gedung eksekutif, merupakan isyarat bahwa Australia tidak memihak secara politik. 

Beberapa pengamat menilai campur tangan Australia bertujuan untuk mencegah masuknya pasukan keamanan China guna memulihkan ketertiban. 

Sogavare meminta bantuan dari Australia berdasarkan perjanjian keamanan bilateral yang sudah ada sejak tahun 2017, ketika pasukan penjaga perdamaian terakhir Australia meninggalkan Kepulauan Solomon.

“Kami tidak berada di sana untuk melakukan campur tangan apapun dalam masalah domestik yang bersifat politik,” tegas Menteri Pertahanan Australia Karen Andrews kepada ABC.

Australia memimpin pasukan polisi dan militer internasional yang disebut Misi Bantuan Regional ke Kepulauan Solomon, untuk memulihkan perdamaian di negara itu pasca kekerasan etnis yang menelan korban jiwa antara tahun 2003-2017. 

Media-media lokal mengatakan hari Jumat ini, kawasan Chinatown di Honiara telah diserbu para penjarah dan pemulung. (voa/tan)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses