Tana Paser, helloborneo.com – Alunan alat musik tradisional dibarengi tabuhan gendang dan gamelan, mengiringi dua pendekar yang sedang bertarung. Sesekali dua pendekar berteriak sembari mengeluarkan jurus andalan diselingi tingkah lucu.
Kuntau, ini merupakan seni bela diri tradisional masyarakat suku Banjar yang berasal dari Kalimantan Selatan. Atraksi para pendekar bela diri Kuntau kerap ditampilkan pada acara perkawinan, hajatan maupun even – even budaya.
Atraksi ini menarik perhatian Gubernur Kaltim Isran Noor saat menghadiri Launching Internet Desa di Kantor Desa Rantau Panjang Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser, belum lama ini.
“Itu tadi yang menyambut saya jawara Kuntau, yang main silat. Harus dilestarikan itu, nanti hilang, bagus itu,” ungkap Isran Noor sembari bergaya silat dan disambut riuhan tepuk tangan warga Rantau Panjang.
Mirip perpaduan Kungfu dan Pencak Silat, Kuntau sudah banyak dilupakan masyarakat, terlebih saat ini.
Seni Bela Diri Kuntau ini berasal dari China yang berkembang pada zaman Kesultanan Banjar. Kuntau menjadi salah satu bela diri yang banyak dimiliki para pendekar pada masa kerajaan hingga perjuangan melawan penjajahan Belanda.
“Nama besar Bangsa Indonesia saat menduduki peringkat ketiga Sea Games tahun 2022 merupakan peran pencak silat,” cetus Mantan Bupati Kutai Timur ini.
Sebagai informasi tahun 2022 atlet Pencak Silat Indonesia Riska Hermawan/Ririn Rinasih mendapat medali emas perdana untuk negeri ini.
Berlaga dinomor ganda wanita (womens double) Riska Hermawan/Ririn Rinasih mendapatkan total poin 9.955 mengalahkan atlet Vietman.
Diakhir acara Ketua APPSI ini mengajak para pelestari budaya Kuntau untuk berfoto bersama dan berpesan untuk terus dapat melestarikan budaya Kuntau agar tidak punah. (voa/log)