Cegah Angka Kematian DBD, Dinkes Kaltim Perkuat Fasilitas Layanan Kesehatan

Kepala Dinkes Kaltim, dr. Jaya Mualimin. (Ist)
Kepala Dinkes Kaltim, dr. Jaya Mualimin. (Ist)

Samarinda, helloborneo.com – Kasus kematian pada penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat dicegah dengan penanganan cepat dan tepat. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus berupaya memperkuat fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dalam rangka penanganan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini.

Kepala Dinkes Kaltim, dr. Jaya Mualimin menjelaskan, angka kematian kasus demam berdarah dapat dicegah dengan diagnosa sedini mungkin pada gejala penyakit DBD.

Diagnosa tercepat dan akurat, salah satunya dapat dilakukan dengan rapid test DBD yang bisa didapatkan di Puskesmas terdekat. Ketika tubuh merasakan gejala demam berdarah seperti demam, muntah-muntah, atau bintik kemerahan di area tertentu, sebaiknya segera datang ke Puskesmas untuk menerima diagnosa.

“Semakin cepat diagnosa, maka semakin cepat penanganannya. Ini diagnosa tepat, bukan diduga-duga saja. Waktu kritis DBD itu antara dua sampai tujuh hari, kalau sampai hari keempat tidak ditangani, ini yang berbahaya,” terang dr. Jaya.

Intervensi cepat pada penanganan DBD dapat dilakukan sejak hari pertama diagnosa. Ketika pasien positif DBD, segera diberikan penanganan. Salah satunya dengan pemasangan infus untuk menambah cairan dalam tubuh. Sebab kata Jaya, salah satu indikasi kritis pasien DBD karena kekurangan cairan dalam tubuh. 

“Yang mudah dilakukan, berikan infus untuk menjaga stabilitas cairan dalam tubuh. Pasien DBD biasanya kekurangan cairan  karena sering muntah. Setelah intervensi cepat itu, minimal hari kelima sudah recovery,” jelas dokter spesialis kesehatan jiwa ini. 

Menyadari pentingnya penanganan pertama ini, Dinkes berupaya memenuhi fasyankes pada level dasar dengan pemenuhan alat rapid test DBD di seluruh Puskesmas. Di samping itu, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan (nakes) juga terus dilakukan demi menciptakan penanganan cepat dan tepat kepada pasien. 

“Sosialisasi digalakkan untuk meningkatkan kompetensi petugas kesehatan, alat rapid test untuk diagnosa DBD juga kita lengkapi di seluruh Puskesmas, kalau masih ada Puskesmas yang belum memiliki alat rapid test ini,  siap kami distribusikan. Selanjutnya, peningkatan fasilitas dengan terapi cairan juga kita lakukan untuk mengurangi prevalensi kematian,” ujar Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) ini.

Terlepas dari upaya penanganan kasus, penanggulangan penyakit DBD dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat di tengah masyarakat. Yakni dengan rutin membersihkan lingkungan dan rajin menguras tempat penampungan air di rumah untuk mengurangi risiko jentik nyamuk berkembang biak. (kmf/log)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.