Pemerataan Investasi Dukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan dihadapan ratusan pelaku usaha dalam Jajak Pasar peluang investasi IKN. (Ist/dok. Tim Transisi IKN)

Jakarta, helloborneo.com – Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipacu oleh investasi dalam negeri yang sudah menyebar di seluruh Indonesia. Sejak 2020 lalu, realisasi investasi dalam negeri sudah diarahkan ke luar Pulau Jawa.

Pada 2022, realisasi investasi di Indonesia mencapai Rp 1.207 triliun melebihi target yang ditetapkan oleh presiden di angka Rp1.200 triliun. Untuk kebijakan negara ke depan adalah membangun investasi dengan basis hilirasi, karena mampu menciptakan lapangan kerja, memberi nilai tambah, dan memberikan kesejahteraan pada masyarakat.

“Sampai 2019 investasi di Pulau Jawa masih lebih besar. Tapi sudah ada instruksi dari Presiden Jokowi di 2020 kita melakukan penetrasi dan sejak Q3/2020 investasi di luar Pulau Jawa lebih besar investasinya. Dulu saya selalu berpikir bahwa seolah-olah keadilan ekonomi tidak merata dan terkesan Jawa sentris, tapi sekarang investasi kita buat menjadi Indonesia sentris. Sekarang 5 besar realisasi investasi asing berada di Provinsi Sulawesi Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Maluku Utara,” kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Bahlil Lahadalia dalam keterangan tertulis yang diterima.

Investasi di Aceh, kata Bahlil, masih jauh dari kata maksimal. Karena di tahun 2022 lalu investasi Tanah Rencong hanya Rp6,2 triliun dan menempati urutan ke 27 dari 34 provinsi di Indonesia.

Bahlil juga menyebut bila Aceh dan Papua memiliki kemiripan yang sangat kental. Otonomi khusus yang didapatkan kedua provinsi tersebut sekarang adalah hasil dari yang proses panjang, dan salah satu yang terus dikejar adalah kesejahteraan

“Kita ini merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia makanya sekarang kita sedang coba untuk investor dari Timur Tengah, tapi yang datang malah dari Korea Selatan, Jepang, Eropa, dan Amerika, mereka-mereka ini yang malah agresif. Makanya sekarang kita sedang cari formulasi lain,” tuturnya.

“Saya akan menawarkan industri di aceh tapi keuangannya dari bank syariah, fokusnya pada hilirasi, smelter, atau yang lain dari bahan baku yang ada di Aceh,” tutup Bahlil.

Sampai dengan saat ini, BSI telah menyalurkan pembiayaan di Provinsi Aceh hampir sebesar Rp17 triliun. Di samping itu, aset BSI di Provinsi Aceh sekitar Rp18,3 triliun, dana pihak ketiga mencapai lebih dari RR16 triliun, dengan total nasabah sekitar 2,9 Juta nasabah.

Ia menyebutkan kondisi ekonomi dunia di tahun 2023 sedang tidak baik-baik saja karena adanya banyak permasalahan seperti konflik Rusia-Ukraina, perubahan iklim, pasca pandemi COVID-19, dan yang sedang panas adalah potensi konflik China-Taiwan.

Namun, lanjut Bahlil, perekonomian Indonesia memiliki harapan karena pertumbuhan di Q3/2022 pertumbuhan ekonomi masih di angka 5,72 persen dan inflasi di bawah angka 6 persen.

“Kalau bisa dibilang sebenarnya ekonomi Indonesia masih baik-baik saja kalau dikelola secara baik,” tuturnya. (ip/log)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.