Jakarta, helloborneo.com – Tak kunjung masuknya investor asing dalam rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur menimbulkan pertanyaan. Apakah mega proyek ini tidak cukup menarik di mata investor luar negeri tersebut?
Saat melawat ke Amerika pekan lalu, Presiden Joko Widodo menyatakan sejauh ini belum ada investor asing yang masuk untuk ikut serta dalam proyek pembangunan IKN.
“Sampai saat ini belum ada, tapi saya yakin bahwa setelah investor di dalam negeri bergerak semakin banyak setiap bulannya, investor dari luar (negeri) akan segera masuk. Kita lihat saja nanti, pasti akan masuk,” ujar presiden.
Pernyataan itu sontak menyita perhatian publik, karena selama ini pemerintah selalu mengklaim besarnya minat investor, baik asing maupun domestik, pada pembangunan IKN.
Berbicara dalam telekonferensi di Jakarta, Deputi Bidang Pembiayaan dan Investasi Otoritas Ibu Kota Nusantara (OKIN) Agung Wicaksono mengklaim sudah banyak pihak asing yang menyatakan minat untuk berinvestasi di calon ibu kota negara baru Indonesia ini. Namun memang belum ada yang masuk secara individu untuk berinvestasi IKN.
“Belum betul-betul masuk. Sebetulnya sudah masuk yang bersama dengan mitranya investor domestik. Dan ini sejalan dengan pesan Pak Presiden kalau (investor) asing masuk harus bermitra dengan investor domestik,” ungkap Agung.
Menurutnya ada dua alasan mengapa investor asing belum masuk secara mandiri di proyek pembangunan IKN. Pertama, karena pemerintah memang memprioritaskan investor asing yang dapat menggandeng investor domestik. Kedua, dalam tahapan investasi yakni tahap kajian dan prioritasisasi, investor domestik dinilai lebih cepat dalam mengikuti proses tersebut. Meski begitu ia menegaskan, investor asing tidak harus bermitra dengan investor merah putih apabila memang ingin menanamkan modalnya di IKN nanti.
“Tidak harus (bermitra) tapi akan menjadi preferable di fase pelopor , fase pionir ini. Dan tentunya kita terbuka. Next step-nya ini sedang kita evaluasi karena banyak investor asing yang ingin masuk sendiri. Kita akan lihat apakah mereka masuk memenuhi kriteria, dan apakah siap juga. Jadi apakah bisa masuk secara sendiri? Bisa saja,” jelas Agung.
Ia pun membantah anggapan bahwa aturan harus bermitra dengan investor domestik membuat para investor asing ini mengurungkan niatnya untuk ikut serta dalam pembangunan IKN. Karena hingga saat ini ada ratusan surat pernyataan minat dari pihak investor asing yang telah diterima OKIN.
“Saya rasa, asing bukan berarti belum masuk, tapi selain yang bermitra (dengan investor domestik) yang sudah jalan sampai fase uji kelayakan sudah cukup banyak yang dari asing,” katanya.
Agung mencontohkan investor asing yang telah bermitra dengan investor nasional, yakni dalam proyek pembangunan Hotel Nusantara yang bekerja sama dengan Accor Group dari Swiss, kemudian Rumah Sakit Mayapada yang menggandeng Apollo Hospital dari India. Serta PT PLN (persero) melalui anak perusahaannya Nusantara Power yang melakukan joint venture dengan investor asal Singapura bernama Sembcorp untuk membangun PLTS berkapasitas 50 megawatt (MW).
Target Investasi Rp45 Triliun Sampai Akhir 2023
Lebih jauh Agung menjelaskan sudah terdapat 305 surat pernyataan minat atau letter of interest (LOI) yang masuk untuk ikut serta dalam mega proyek ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 172 berasal dari investor merah putih.
“Jadi kalau 172 dari 305 adalah merah putih, maka sisanya sekitar 133 itu adalah investor asing. Yang paling banyak mulai dari Asia seperti Singapura, Jepang, Malaysia, China, Korea tapi juga ada Amerika, dan negara-negara Eropa, Timur Tengah, dan lain-lain,” jelasnya.
OKIN menargetkan realisasi investasi hingga akhir tahun ini mencapai Rp45 triliun. Adapun realisasi investasi hingga November 2023 tercatat Rp35 triliun dengan 21 perusahaan yang telah melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking pada September dan November. Rencananya pada Desember mendatang akan dilakukan groundbreaking lainnya dengan nilai investasi Rp10 triliun.
“Rp35 triliun ini non APBN dan ini hanya 2023, dan targetnya sampai akhir tahun bisa mencapai Rp45 triliun,” katanya.
Ekonom: Investor Asing Masih Ragu
Ekonom CORE Indonesia Muhammad Faisal mengatakan skema bermitra antara investor asing dan domestik dalam proyek pembangunan IKN cukup bagus. Menurutnya, hal ini bisa membuat proses investasi menjadi lebih mudah dan cepat.
“Skema bermitra menurut saya bagus, karena di satu sisi peran daripada investor asing dibutuhkan karena dari sisi capital mungkin lebih besar. Tapi dari faktor efisiensi dari hal pengerjaan, pengetahuan tentang lapangan memang yang (investor) dalam negeri lebih kuat. Jadi itu bisa menjadi sinergi yang bagus menurut saya,” ungkap Faisal.
Selain itu, ia menilai dari sisi pemerintah memang harus cukup ketat melakukan seleksi baik investor domestik maupun investor asing untuk ikut serta dalam proyek ini apalagi yang menyangkut dengan sektor pertahanan dan keamanan.
Namun Faisal melihat ada beberapa faktor yang membuat investor asing masih ragu untuk menanamkan modalnya dalam mega proyek ini, antara lain soal tingkat pengembalian keuntungan.
“Ini adalah sebuah project yang greenfields, membuka lahan baru. Jadi dari sudut pandang investasi, ini adalah satu investasi yang tidak bisa diharapkan imbal hasilnya atau keuntungannya diperoleh dalam jangka waktu pendek. Artinya, dari sisi risiko investasi lebih besar karena dia baru bisa dinikmati dalam jangka waktu menengah panjang,” jelasnya.
Kedua, katanya, seberapa besar konsistensi kebijakan pemerintah terkait pembangunan IKN. Apakah akan dilanjutkan, atau berhenti di tengah jalan.
“Saya rasa keraguan masih ada bagi para investor asing. Kalau pemerintah kan memang harus optimis dan yakin, tapi kalau investor kalkulasinya adalah kalkulasi bisnis. Kalau mereka tidak yakin bahwa itu akan mendatangkan keuntungan, dan kapan keuntungan itu akan bisa dicapai, akan cenderung lambat untuk merespon,” pungkasnya. (voai/log)