Kemarau, Petani di Labangka Kabupaten PPU Malah Tiga Kali Panen

Suherman

 

Kemarau, petani di Desa Labangka Barat Kabupaten Penajam Paser Utara malah 3 kali panen. (Suherman - Hello Borneo)

Kemarau, petani di Desa Labangka Barat Kabupaten Penajam Paser Utara malah 3 kali panen. (Suherman – Hello Borneo)

Penajam, helloborneo.com – Musim kemarau tidak selalu identik dengan kesengsaraan. Syamsudin, petani di RT 10 Desa Labangka Barat, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, malah menuai berkah. Mereka menikmati tiga kali panen padi pada saat kekeringan melanda.

Menurut Syamsudin, meski musim kemarau, sumber air sangat cukup, hanya saja keluhan kami pada manajemen pintu air yang masih belum baik. Akibatnya pada musim kemarau, persedian air terbuang percuma, karena saluran irigasi yang kurang sempurna manajemennya. “Sebetulnya saluran irigasinya saja yang harus mempunyai manajemen air yang baik,” ungkapnya.

Sebagai upaya pencegahan, pihaknya menggunakan dana pribadi untuk membendung persediaan air yang masih tersisa, kemudian menyedotnya dengan menggunakan pompa atau alkon.”Nah dengan peralatan yang sangat sederhana kami melakukan pemompaan 2 hari sekali,”ucapnya.

Untuk pemompaan air lajut Syamsudin, dilakukannya selama 2-3 jam setiap kali pemompaan, karena lahan padi tidak butuh air terlalu banyak. Sementara bahan bakar yang digunakan hanya 2-3 liter saja.

Pada musim penghujan awal tahun kemarin, hasil panen untuk satu hektar berjumlah 120 sak, 1 sak berisi sekitar 55 kilogram gabah kering, sementara pada panen kedua di musim kemarau mendapat 70 sak, lalu pada panen ketiga dimusim kemarau ini pada bulan desember nanti akan panen.

Yang menjadi persoalan utama petani, menurut Syamsudin adalah serangan hama tikus, untuk mencegah serangan hama tikus itu pihaknya berupaya untuk mengeluarkan biaya ekstra dengan membeli plastik memagari sekeliling lahan sawah yang ditanami padi tersebut.

“Intinya selama petani itu mau berinovasi pastilah ada jalan karena yang namanya manusia itu selalu ada akal, hanya saja lantaran rasa malas semua dianggap tidak bisa dilakukan dan hanya bergantung pada uluran tangan pemerintah,” terang dia. (rol)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.