Bagus Purwa
Penajam, helloborneo.com – Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam situs resminya, mengimbau agar masyarakat tidak melihat langsung ke arah matahari jelang dan sesaat sesudah terjadi gerhana matahari total.
Paparan cahaya dengan intensitas tinggi seperti cahaya matahari dalam waktu lama dapat menembus mata dan merusak lapisan retina mata yang berisi syaraf sensitif.
Retina disebut tak memiliki sensor sakit sehingga saat kita menatap langsung kita cenderung mengabaikan dan tidak menyadari bahwa mata dalam keadaan bahaya.
Kerusakan yang berupa penglihatan kabur yang akan dialami berlangsung selama beberapa jam sampai mingguan, namun kerusakan permanen hingga kebutaan juga bisa terjadi. Oleh sebab itu, masyarakat diimbau menggunakan alat yang dilengkapi filter matahari atau melakukan proyeksi saat matahari masih tampak.
Berikut cara aman mengamati GMT menurut Lapan:
1. Menggunakan kaca mata dilengkapi filter matahari berupa film tipis dengan tingkat kepekaan tinggi untuk menyaring cahaya matahari.
2. Melalui lubang jarum yang memproyeksikan proses gerhana matahari ke kertas putih yang di tempatkan di dalam kotak.
Meski diperbolehkan melihat ke arah matahari secara langsung, tanpa filter, saat totalitas, namun saat totalitas berakhir diharuskan menggunakan kembali filter matahari karena pupil mata tidak cukup cepat menutup dan akan langsung dihantam cahaya matahari yang bisa merusak retina.
Gerhana matahari total akan melintasi sejumlah wilayah Indonesia, termasuk di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada Rabu, 9 Maret 2016. (bp)