Bagus Purwa
Penajam, helloborneo.com – Program penanggulangan penyebaran HIV/AIDS dan penanganan bagi para pengidapnya di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, belum berjalan maksimal, karena pemerintah daerah setempat belum menyediakan fasilitas yang memadai untuk program itu.
Kasi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara Eka Wardhana, saat ditemui helloborneo.com di Penajam, Kamis, mengemukakan, sampai saat ini belum tersedia klinik VCT (voluntary counseling test) atau konseling dan tes sukarela, ditambah masih minimnya sumber daya manusia yang ahli dalam penanggulangan penyakit tersebut.
Hingga kini terdata sebanyak 57 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang ditangani Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara, terdiri dari 28 orang laki-laki dan 29 orang perempuan.
Namun, selama ini para ODHA tersebut belum mendapatkan penanganan secara maksimal, salah satunya untuk mendapatkan obat ARV (Antiretroviral) yang memperlambat pertumbuhan virus HIV dalam tubuh dan suplemen itu masih harus diambil di rumah sakit Kota Balikpapan.
“Para ODHA belum bisa mendapatkan obat-obatan ARV dan suplemen di Rumah Sakit Umum Daerah Aji Ratu Puti Botung Kabupaten Penajam Paser Utara,” ujar Eka Wardhana.
Para ODHA yang yang ditangani Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara itu berusia antara 15 hingga 52 tahun. Sebagian besar dari mereka terinfeksi HIV melalui hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan atau infeksi menular seksual.
“Harus ada sumber daya manusia yang sudah mendapatkan pelatihan khusus menyangkut HIV/AIDS untuk program ini, termasuk klinik VCT yang ada saat ini juga belum memenuhi standar,” tambah Eka Wardhana.
Menurut ia, belum memadainya fasilitas dan SDM penanggulangan HIV/AIDS itu, karena dinas kesehatan tidak mendapatkan anggaran dari Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara.
“Kami tidak dapatkan anggaran dari pemerintah kabupaten untuk melakukan pelatihan SDM dan pengadaan fasilitas,” ujar Eka Wardhana.
Untuk mendapatkan keahlian khusus HIV/AIDS, para tenaga medis baik dokter maupun perawat akan dikirim mengikuti pelatihan selama dua bulan di Jakarta. (bp/hb)