Samarinda, helloborneo.com – Wakil rakyat asal Kalimantan Timur, Hetifah Sjaifudian mengaku sangat prihatin atas kabar mengejutkan dari salah seorang mahasiswa berinisial BH, yang ditemukan gantung diri, beberapa hari lalu.
Berdasarkan keterangan dari sang kakak, diduga BH mengakhiri hidupnya karena stres menghadapi skripsi yang ditolak dan dirinya yang tak kunjung lulus setelah berkuliah selama 7 tahun.
“Sangat terkejut dan sedih mendengarnya. Turut berduka cita untuk keluarga almarhum,” ujar Hetifah, Selasa (14/07/2020).
Ia menambahkan, di era pandemi ini kita harus lebih sering memperhatikan satu sama lain.
“Di masa-masa ini, sangat rentan stres, akibat masalah ekonomi, kesehatan, dan yang lainnya. Apalagi, interaksi sosial kita berkurang. Sebaiknya kita sesama teman, anggota keluarga, juga antar dosen dan mahasiswa saling menjaga dan mengecek keadaan satu sama lain apakah baik-baik saja,” jelasnya Hetifah yang juga merupakan Wakil Ketua Komisi X DPR RI.
Ia berharap hal tersebut tidak lagi terulang dan mengingatkan kembali bahwa pihak kampus untuk selalu memonitor keadaan mahasiswanya, khususnya yang tinggal jauh dari keluarga.
“Jangan tambahkan beban-beban akademik lain yang terlalu berat, dan sebaiknya ada kelonggaran yang diberikan di masa pandemi,” paparnya.
Terakhir, Hetifah mendorong perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia untuk memberikan layanan konsultasi psikologis untuk mahasiswanya.
“Di negara-negara maju, kesehatan mental sangat menjadi perhatian. Kampus-kampus biasanya menyediakan jasa konsultasi gratis dengan psikolog untuk para mahasiswa, dan itu sangat ditekankan dari awal masuk. Sayang sekali di kita ini belum lumrah, padahal sudah ada undang-undangnya mengenai kesehatan jiwa. Saya harap ini mulai menjadi perhatian bagi seluruh perguruan tinggi di Indonesia,” pungkasnya.(sop/tan)