Umat Hindu Bali di Kayong Utara Merayakan Hari Raya Kuningan

Umat Hindu Bali Desa Sedahan Jaya Merayakan Hari Raya Kuningan. (Ist)
Umat Hindu Bali Desa Sedahan Jaya Merayakan Hari Raya Kuningan. (Ist)

Kayong Utara, helloborneo.com – Hari raya Kuningan dilaksanakan oleh umat Hindu, bertempat di Pura Giri desa Sedahan Jaya, Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Sabtu (14/1)

Hari raya Kuningan adalah bagian dari hari raya Galungan, tepatnya dilaksanakan sepuluh hari setelah hari suci Galungan. Pada hari suci tersebut diawali dari proses pembuatan Banten (sesajen).

Banten tersebut dibuat sehari sebelum hari raya Kuningan. Terdapat banyak banten-banten terkait dengan upakara dan upacara.

Upakara adalah bentuk sebuah pelayanan yang terwujud yang berupa materi dari hasil kegiatan kerja untuk dikurbankan atau dipersembahkan dalam upacara keagamaan.

Upacara adalah suatu gerakan sekeliling kehidupan manusia sebagai upaya mendekatkan atau menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa atau Hyang Widhi Wasa.

Terdapat beberapa jenis banten yang terbagi atas beberapa tingkatan, dari yang paling sederhana yaitu banten tingkat nista, banten tingkat madya, dan banten tingkat utama.

Banten atau sesajen ini bertujuan untuk membersihkan alam jagad raya beserta isinya dan membersihkan manusia itu sendiri, agar pada saat hari raya Kuningan berlangsung dengan kondusif tanpa ada gangguan

Banten itu sendiri disiapkan oleh serati banten, terdapat juga banten lain seperti pejasti, yang melambangkan alam semesta, didalamnya terdapat beras, telur, buah-buahan dan sebagainya.

“Setelah selesai membuat banten, pada pagi harinya dipersiapkan untuk acara sembayangan di Pura Giri Amerta Bhuana.” Kata Komang Gegel, selaku Pemangku di Pura Giri Amertha Bhuana.

Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan antara tata cara upacara keagamaan Galungan dan Kuningan yang ada di bali dengan yang ada di sedahan, hanya saja untuk upakara saja yang mungkin sedikit berbeda, tetapi secara umum tidak jauh berbeda.

Makna dari hari raya Kuningan ini adalah bagaimana kita melaksanakan hidup ini secara benar, menghilangkan aspek-aspek yang jahat, sejarah galungan dan kuningan ini terjadi di Gianyar Bali, dimana terdapat raja yang bernama Maya Denawe yang memerintah sangat kejam, dia mengatakan bahwa dialah sosok tuhan.

Melihat hal tersebut maka Tuhan mengutus Dewa Surya, dan terjadi pertempuran dan akhirnya raja Maya Denawe berhasil dikalahkan.

“Maka dari itulah diperingati hari raya Galungan dan Kuningan yaitu bagaimana memperingati kebenaran melawan kejahata atau Dharma melawan Adharma.” terang Komang.

Kabupaten Kayong Utara memiliki berbagai keberagaman diantaranya suku, ras, etnis, bahas, budaya, dan agama. Keberagaman ini menjadi kelebihan tersendiri bagi Kayong Utara yang tidak dimiliki oleh kabupaten lain yang ada di Kalimantan Barat.

inilah yang menjadi salah satu pendukung pariwisata Kayong Utara, adanya relief dan kebudayaan seperti yang ada di Bali, seperti miniatur Bali secara kecil, toleransi di sini juga sangat terjaga, umat saling menghargai.

“Bahkan kalau ada ulang tahun pura dapat memancing umat-umat Hindu untuk datang ke sini.” harap Komang. (ip/log)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.