Jakarta, helloborneo.com – Sepanjang 2022 perekonomian Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,3 persen. Pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia tersebut masih tumbuh di bawah potensi yang sebenarnya dimiliki.
“Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia itu lumayan cukup bagus, tapi kita selamanya bergerak di bawah itu,” kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa dalam sambutannya di acara ‘Inisiasi Bersama Visi Indonesia 2045, The Future is Now: Collaborative Action to Achieve Indonesia Vision 2045‘.
Menurut Suharso, dirinya kerap berdiskusi dan berdebat dengan teman-temannya yang mengendalikan fiskal di Kementerian Keuangan, utamanya soal fungsi dari APBN. Di mana, menurutnya APBN itu merupakan ‘automatic stabilizer’.
“Jadi kalau pertumbuhan ekonomi itu membuat panas, maka dia yang akan ditekan ke bawah. Tapi kalau pertumbuhan ekonomi Itu di bawah potensinya, maka dia (APBN) yang harus mendorong atau menjadi ‘prime mover’ atau penggerak utama,” ujar Suharso.
Meski demikian, Suharso mengakui bahwa mungkin saja cara pandangnya dengan cara pandang para pembuat kebijakan di Kementerian Keuangan memang berbeda, terutama soal fungsi dan peran dari APBN itu sendiri.
“Tapi mungkin cara-cara pandang kita agak berbeda sehingga kita belum kembali pada pertumbuhan ekonomi yang seperti kita peroleh di zaman Orde Baru, yang bisa mencapai 7-8 persen pada masa-masa itu. Padahal, dari sisi basis yang kita miliki jauh lebih baik,” kata Suharso.
Namun di sisi lain, lanjut Suharso, setidaknya masih ada sejumlah hal yang haris disyukuri dari kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Hal itu misalnya seperti investasi yang dalam dua dekade ini telah meningkat sebanyak dua kali lipat dan mencapai level 30 persen terhadap GDP, serta inflasi yang ‘relatively’ bisa dikendalikan dengan baik oleh pemerintah.
“Lalu tingkat pengangguran Indonesia juga relatif membaik, setelah terpukul pada masa pandemi COVID-19 di angka 7 (persen) dan sekarang sudah turun. Kemudian angka kemiskinan juga sedikit menurun, dan kita lihat juga kaitannya antara kemiskinan dengan tingkat pengangguran terbuka,” kata Suharso. (ip/log)