Tana Paser, helloborneo.com – Sekretaris Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Paser, Amir Faisol mengatakan, ada tiga kecamatan yang rawan terpapar stunting.
“Amatan kami ada tiga kecamatan. Tanjung Harapan, Muara Samu, dan Long Ikis,” kata Amir.
Berdasarkan hasil survei analis gizi tahun 2022, kata Amir, prevalensi kasus stunting di Kabupaten Paser sebesar 24,9 persen, di atas prevalensi nasional sebesar 21 persen.
Penanganan kasus gizi buruk, menurutnya, perlu persamaan persepsi di kalangan penggerak mulai di tingkat desa. TPPS Paser telah melakukan peningkatan kapasitas kepada mereka.
Dari 10 kecamatan, tersisa dua kecamatan yang belum didatangi TPPS yakni Kecamatan Tanjung Harapan dan Long Ikis.
”Hari ini kami lakukan di kecamatan Tanah Grogot,” ujarnya.
Peningkatakan kapasitas pelaku penurunan stunting di tingkat desa itu diikuti kader pembangunan manusia di desa, kader tim pendamping keluarga sekecamatan, dan para aparatur desa se-kecamatan Tanah Grogot.
Pertemuan itu dalam rangka persamaan persepsi dan penguatan peran penggerak di tingkat desa. Amir menambahkan dalam kegiatan penanganan stunting diperlukan dukungan anggaran sebesar 10 atau 20 persen dari dana desa.
“Dana tersebut bisa untuk pemenuhan gizi bayi berisiko stunting, penyuluhan, atau penguatan kapasitas kader,” ucapnya.
Sementara Ketua Asosiasi Pemerintahan Desa (APDES) Kabupaten Paser, Nasri, mendukung pemerintah dalam penanganan stunting.
”Prinsipnya kami mendukung setiap desa dialokasikan anggaran untuk penanganan stunting,” ujarnya.