Indonesia Tawarkan Pengembangan Energi Bersih di China

Asap mengepul dari cerobong di pabrik gula di Kediri, Jawa Timur, 9 November 2007. (Foto: REUTERS/Beawiharta)
Asap mengepul dari cerobong di pabrik gula di Kediri, Jawa Timur, 9 November 2007. (Foto: REUTERS/Beawiharta)

Jakarta, helloborneo.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menawarkan pengembangan energi bersih saat menghadiri the 1st China-ASEAN Clean Energy Week (CACEW) atau Pekan Energi Bersih Pertama China-ASEAN di Hainan, China, Selasa (19/9/2023).

Menurut Arifin, posisi Indonesia sebagai bagian dari negara ASEAN mempunyai rancangan pengembangan interkonektivitas atau super grid di masa mendatang. Ide itu diharapkan mampu menekan intermiten antarpulau dan meningkatkan interkonektivitas berbasis energi bersih.

“Interkonektivitas (super grid) itu akan mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi terbarukan dan menciptakan sistem energi berkelanjutan di seluruh Indonesia,” kata Arifin dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa (19/9/2023).

Menteri Arifin mengatakan, peningkatan kerja sama energi di kawasan ASEAN dengan China terus mengalami pertumbuhan positif di tengah berbagai tantangan global. ASEAN dinilai sebagai mitra strategis pembangunan dan diharapkan memberikan dampak positif bagi ekonomi kawasan.

“Integrasi itu diharapkan membawa berkah bagi pengembangan transisi energi bersih di ASEAN yang memiliki potensi meyakinkan,” ujarnya.

Arifin melanjutkan kehadiran super grid tak lepas dari kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki sumber daya energi terbarukan yang potensial, yaitu lebih dari 3.600 gigawatt (GW).

“Sebanyak 4,7 GW tenaga surya akan dikembangkan hingga 2030. Sementara target jangka panjang 421 GW atau 60 persen dari total kapasitas pada 2060,” jelasnya.

Di samping super grid, Arifin menekankan peran vital gas bumi sebagai bagian dari percepatan transisi energi bersih di Indonesia.

Pemanfaatan gas bumi pun terus dioptimalkan melalui beberapa program seperti pembangunan transmisi dan distribusi gas yang terintegrasi; pembangunan fasilitas infrastruktur antara lain floating storage regasification unit, kilang dan terminal liquid natural gas, gas kota, dan jaringan pipa; hingga konversi bahan bakar diesel menjadi gas di pembangkit listrik.

“Kami membuka peluang bagi perusahaan gas China untuk berinvestasi pengembangan gas di Indonesia,” ungkap Arifin.

Apalagi Indonesia memiliki potensi besar dari sumber daya mineral, mulai dari nikel, bauksit, timah, maupun tembaga serta unit pemurnian (smelter), yang tengah digenjot di dalam negeri.

“Letak geografis yang menguntungkan bisa menjadikan Indonesia sebagai hub hilirisasi mineral dan industri teknologi energi bersih,” tegasnya.

Pesatnya industri dan inovasi teknologi China disebut dapat memperkuat mitra kerja sama China-ASEAN, sehingga memberikan manfaat terbaik bagi seluruh masyarakat.

“Kolaborasi yang setara dan saling menguntungkan dengan calon mitra negara sangat penting untuk mengembangkan industri hilir,” ujar Arifin.

CACEW merupakan forum inisiasi Dewan Energi Nasional China (National Energy Administration of China), yang mana Kementerian ESDM sebagai co-chair.

Forum itu merupakan kali pertama digelar antara China dan ASEAN untuk mendiskusikan transisi energi dan pengembangan energi bersih yang berkelanjutan termasuk isu kebijakan, standar teknis, dan pembiayaan hijau. Melalui forum tersebut diharapkan kerja sama regional terkait energi bersih di kawasan China-ASEAN semakin diperkuat. (ip/log)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.