Lokasi Pengeboran Gas Texas Picu Kekhawatiran Kesehatan

Tun MZ

Sebuah rig minyak di Midland, Texas. AS (Foto: AP)
Sebuah rig minyak di Midland, Texas. AS (Foto: AP)

Texas, helloborneo.com – Di taman bermain di luar pusat penitipan anak di Texas Utara, anak-anak pra-sekolah tertawa gembira, saling kejar satu sama lain di dalam sebuah rumah-rumahan. Ada balita yang bermain dengan sepeda roda tiga. Juga seorang anak laki-laki yang sedang menangis, sementara gurunya membantu merakit mainan. 

Jika kita mengarahkan pandangan ke luar taman bermain itu, melihat di antara pepohonan, ada lokasi pengeboran gas alam milik Total Energies. Perusahaan raksasa energi Prancis itu ingin mengeboar tiga sumur baru di properti di sebelah Mother’s Heart Learning Center, yang sebagian besar melayani anak-anak Amerika keturunan Afrika dan Amerika Latin. Tiga sumur baru itu, bersama dua sumur lain yang sudah ada, terletak hampir 200 meter dari tempat anak-anak pra-sekolah itu menanam bunga matahari.

Bagi keluarga anak-anak itu dan warga lain di sekitarnya, pengeboran gas alam itu memicu ketakutan dan kecemasan. Tinggal terlalu dekat dengan lokasi pengeboran itu dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan, terutama bagi anak-anak, mulai dari asma hingga gangguan syaraf dan perkembangan. 

Meskipun sejumlah negara bagian mengharuskan perusahaan-perusahaan energi untuk mengebor jauh dari tempat penitipan anak, sekolah dan pemukiman warga; Texas justru mengambil langkah sebaliknya. Hal ini semakin menyulitkan warga lokal untuk melawan kebijakan mereka.

Daerah-daerah yang terkena dampak melampaui pusat penitipan anak dan sekolah yang dekat dengan lokasi pengeboran. Ini mencakup warga masyarakat di dekat infrastruktur terkait – stasiun kompresor, misalnya, yang mendorong gas melalui pipa dan mengeluarkan asap beracun; dan fasilitas ekspor di mana gas didinginkan sebelum dikirim ke luar negeri.

Dewan Kota akan Putuskan Soal Pengeboran Baru

Selasa (30/11) malam, Dewan Kota di kota yang terletak di antara Dallas dan Fort Worth, dijadwalkan untuk memutuskan tentang permintaan pengeboran terbaru Total Energies. Tahun lalu dewan itu menolak permintaan Total. Penolakan itu terjadi ketika demonstrasi Black Lives Matter – pasca pembunuhan George Floyd oleh polisi – memicu banyak komunitas warga Amerika mengkaji lebih dalam soal kesenjangan rasial yang terjadi. Tetapi seiring berjalannya waktu dan perubahan personil di dalam Dewan Kota, banyak warga khawatir kali ini Total Energies akan berhasil.

Warga khawatir akan konsekuensinya. Guerda Philemond, yang memiliki anak berusia dua tahun dan dititipkan di tempat penitipan anak di dekat lokasi pengeboran Total itu, mengatakan pada Associated Press “saya berusaha melindungi anak saya yang masih kecil. Ada begitu banyak lahan, kawasan yang kosong di mana mereka (Total Energies.red) dapat melakukan pengeboran. Mereka tidak perlu melakukan pengeboran di halaman belakang sebuah tempat penitipan anak.”

Total menolak permintaan wawancara untuk membahas isu ini. Tetapi dalam sebuah pernyataan, perusahaan itu mengatakan pihaknya telah beroperasi di dekat Mother’s Heart selama lebih dari sepuluh tahun tanpa menerima keberatan apapun terkait keselamatan dari City of Arlington.

“Kami mendengar hal itu dan memahami keprihatinan warga lokal yang sering berinteraksi dengan kami untuk memastikan agar kami beroperasi secara harmonis dengan mereka dan pihak berwenang setempat,” demikian petikan pernyataan itu.

Pemimpin Dunia Janji Batasi Emisi Gas Rumah Kaca

Perselisihan dengan City of Arlington itu seakan membayangi janji para pemimpin dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dengan menggunakan lebih sedikit bahan bakar fosil dan beralih ke energi yang lebih bersih. Namun ketergantungan dunia pada gas alam semakin meningkat. Menurut Rystad Energy, paling cepat tahun depan Amerika akan menjadi pengekspor gas alam cair atau LNG terbesar di dunia.

Akibatnya, meskipun ada tekanan bagi perusahaan energi untuk mengalihkan pengeluaran mereka ke teknologi yang lebih bersih, kemungkin akan ada lebih banyak pengeboran gas alam di Arlington dan komunitas warga lainnya. Dan anak-anak yang menghabiskan waktu di dekat lokasi pengeboran atau pusat distribusi gas alam – lingkungan yang oleh para pengecam disebut sebagai “zona pengorbanan” – mungkin menghadapi risiko yang semakin besar untuk mengembangkan masalah neurologis, atau isu pembelajaran, atau paparan karsinogen.

Risiko Kesehatan

Laporan Physicians for Social Responsibility and Concerned Health Professionals of New York, yang mengkaji puluhan studi ilmiah, mendapati adanya risiko kesehatan masyarakat yang terkait dengan lokasi pengeboran itu. Hal ini mencakup kanker, asma, penyakit pernapasan, ruam, masalah jantung dan gangguan kesehatan mental. Yang paling rentan adalah keluarga-keluarga non-kulit putih. 

Banyak sumur yang dibor Total Energies di Arlington berada di dekat komunitas warga Amerika keturunan Afrika dan Amerika Latin, atau masyarakat berpenghasilan rendah. Lokasi sumur ini seringkali hanya beberapa ratus meter dari rumah mereka.

Sebuah analisa statistik yang dilakukan Associated Press dari lokasi sumur gas alam di mana Total beroperasi di Arlington menunjukkan bahwa kepadatannya lebih tinggi di lingkungan permumahan warga kulit berwarna. 

Ditanya tentang temuan itu, Total tidak menanggapinya secara langsung, tetapi mengatakan “keputusan tentang pengeboran di masa depan didasarkan pada data geologis.”

“Amerika tersegregasi, begitu pula polusi,” ujar Robert Bullard, Direktur Bullard Center for Environmental and Climate Justice di Texas Southern University. “Industri-industri kotor, dan apa yang oleh para perencana wilayah disebut sebagai penggunaan lahan yang tidak diinginkan warga lokal, sering kali mengikuti mengambil arah yang memiliki perlawanan paling sedikit. Secara historis, mereka adalah komunitas miskin dan kulit berwarna.”

Polanya juga terlihat jelas di luar Arlington. Ketika gas yang dibor di Texas dikirim untuk diekspor, gas itu dialirkan ke fasilitas gas alam cair di sepanjang Gulf Coast. Banyak fasilitas itu yang berada di dekat pemukiman warga, seperti di Port Arthur, Texas, yang juga didominasi warga non-kulit putih.

“Ada pembicaraan terus menerus untuk melakukan ekspansi,” ujar John Beard, pendiri Jaringan Aksi Komunitas Port Arthur, yang menentang perluasan fasilitas ekspor itu. “Ketika kita terus menambahkan (limbah) ke udara, kualitas udara pun menular, begitu pula kualitas hidup dan kesehatan kita.”

“Sekali lagi, kita yang dikorbankan.”. (voa/tan)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.