Bagus Purwa
Penajam, helloborneo.com – Konsumsi beras atau nasi masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, berhasil diturunkan dari 113 kilogram per kapita per tahun menjadi 110 kilogram per kapita per tahun, kata Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluh Petani setempat, Surito Widarie.
“Ketergantungan masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara, terhadap beras cukup tinggi, jadi kami mendiversifikasi pangan,” kata Surito Widarie, saat dihubungi helloborneo.com di Penajam, Rabu.
Diversifikasi pangan yang dimaksud lanjut ia, mendorong masyarakat untuk mevariasikan makanan pokok yang dikonsumsi, sehingga tidak tergantung pada satu jenis, seperti nasi.
Pemerintah Penajam Paser Utara, berhasil menurunkan konsumsi beras masyarakat menjadi 110 kilogram per kapita per tahun dari 113 kilogram per kapita per tahun, sedangkan target nasional menurunkan konsumsi beras 111 kilogram per kapita per tahun.
Selain beras, menurut Surito Widarie, masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara sudah mulai beralih mengkonsumsi makanan pokok lainnya, seperti jagung dan umbi-umbian yang memiliki kandungan karbohidrat sama dengan beras.
Kekhawatiran tingginya jumlah konsumsi beras, berdasarkan data yang dimiliki Badan Ketahanan Pangan, secara umum dibutuhkan 2.200 kalori per hari.
“Kalau jumlah kalori di Kabupaten Penajam Paser Utara, mencapai 2.300 per hari, jadi lebih tinggi 100 kalori,” ujarnya.
“Jumlah itu akan berdampak negatif karena meningkatkan ketergantungan beras cukup besar, jadi kami berupaya menurunkan,” jelas Surito Widarie.
Kantor Katahanan Pangan dan Penyuluh Petani Kabupaten Penajam Paser Utara, akan menggiatkan sosialisasi terkait pengurangan konsumsi beras, karena laju pertumbuhan penduduk di daerah itu lebih tinggi dibanding dengan produksi beras.
Dengan mengurangi angka konsumsi beras atau nasi di Kabupaten Penajam Paser Utara tersebut tambahnya, dapat mempengaruhi angka konsumsi beras provinsi dan nasional.
“Jadi negara tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan beras, serta dapat meningkatkan produksi palawija yang masih jauh dari target pemerintah,” ucap Surito Widarie. (bp/*rol)